Semarang, UP Radio – Yayasan Global CEO Indonesia melakukan company visit ke Oemah Herboris PT Victoria Care Indonesia Tbk, di Kawasan Industri Candi Blok 5A No. 8 Ngaliyan Semarang, Selasa (16/11) sore
Yayasan Global CEO Indonesia merupakan kumpulan dari direktur komisaris yang anggotanya kini telah mencapai setidaknya 1500 direktur/komisaris dari seluruh Indonesia.
Ketua Umum Yayasan Global CEO Indonesia Trisya Suherman mengatakan, sejak berdiri tahun 2016 dan resmi berbadan hukum tahun 2019, Yayasan Global CEO Indonesia terus melakukan kegiatan positif seperti melakukan company trip, company visit dan networking.
“Tujuan kita adalah networking atau berjejaring. Di CEO Indonesia ini kan dari segala jenis macam bidang industri, dengan networking atau berjejaring ini, kita bisa mengembangkan usaha bahkan membawa produk hingga ke luar negeri,” kata Trisya.
Trisya mengaku ketika menginjakkan kaki di Oemah Herboris PT Victoria Care Indonesia Tbk banyak hal mengagumkan ia dapatkan.
“Herboris ini pabrik kosmetik pertama yang kita kunjungi. Kunjungan ini sangat bagus karena kita tahu bahwa brand Herboris, Miranda merupakan ‘pemain’ (penguasa, Red.) brand-brand lokal sejak dulu,” ujar Trisya.
Ia menyebut jika perkembangan Herboris PT Victoria Care Indonesia Tbk ini semakin bagus, dengan berbagai inovasi dan pengembangan menjadikan merek tersebut layak bersaing di Nasional maupun luar negeri.
“Sekarang perkembangannya semakin bagus, apalagi kemarin kan meluncurkan Secret Clean juga. Semua rangkaian produknya juga bagus, ” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama Victoria Care Indonesia Billy Hartono Salim mengatakan, pertumbuhan yang dicapai oleh perusahaan ini sejalan dengan kemampuan perseroan untuk terus berinovasi, sehingga mampu bertahan dan mengalami pertumbuhan.
“Meskipun ditengah pandemi, PT Victoria Care Indonesia, Tbk berhasil tumbuh positif, ” ujar Billy.
Menurutnya, produk kategori antiseptik dan perawatan tubuh seperti merek Miranda dan Herboris memiliki kontribusi hingga 51 persen terhadap pendapatan tahun 2020, disusul produk perawatan rambut sebesar 49 persen dan lain-lain 0,08 persen.
Dalam diskusinya, Billy bercerita terkait pilihannya go publik untuk mengembangkan perusahaan daripada dipegang keluarga.
“Jika ingin berkembang dan besar maka suatu perusahaan harus melakukan corporate action dengan go public supaya perusahaan ini bisa berguna bagi seluruh stakeholder dan semua bisa menikmati, ” ujarnya.
Perusahaan, lanjut Billy, tidak akan besar jika perusahaan di handel oleh keluarga saja, tentunya harus di barengi dengan transparansi sebagai dasarnya.
“Kenapa go publik? karena semua akan merasakan dampaknya. Sebagai contoh, saat investor dari Amerika lewat Singapur masuk ke kita. Harga saham pasca investor luar negeri masuk ke kita kemudian nilai Herborist langsung melompat sampai 30-40 persen, ” katanya.
Billy menyebut, dengan Go public investor asing juga akan lebih percaya karena kita dinilai kompeten.
“Investor itu hal utama, terutama investor asing. Mereka juga sangat detail dengan penggunaan parameter Internasional. Sehingga siapapun yang lolos, berarti perusahaannya mumpuni, ” katanya.
Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Ganjar Pranowo, Warsito mengapresiasi hadirnya para CEO Indonesia ke Jawa Tengah.
“Kalau bicara CEO berarti ekonomi, kalau bisa mendorong ekonomi Jawa Tengah tentu kami akan senang. Kami berharap bapak ibu CEO bisa melirik Jateng sebagai ruang untuk mengembangkan usahanya, ” ujarnya.
Warsito menyebut jika Jawa Tengah sangat potensial untuk menjadi daerah investasi. Ia menjamin investasi di Jateng mudah dengan berbagai keunggulan seperti manajemen yang bersih, good goverment, kondusivitas wilayah yang terjamin dan kualifikasi tenaga kerja yang baik dan handal. (shs)