Semarang, UP Radio – Kota Semarang memiliki kerawanan beraneka ragam bencana, terlebih memasuki musim penghujan. Berdasarkan pemetaan wilayah rawan bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, sedikitnya ada lima jenis bencana yang menghantui masyarakat Kota Semarang.
Lima jenis bencana tersebut, masing-masing: banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran dan kekeringan. Ketika musim penghujan tiba, kejadian bencana didominasi banjir, tanah longsor dan puting beliung.
Hal yang cukup mengkhawatirkan, analisis kebencanaan nasional menyebut adanya penambahan sesar aktif di jalur utara Pulau Jawa, yakni sepanjang Cirebon, Semarang, dan Surabaya, berpotensi gempa.
“Secara pengertian akademis, Kota Semarang termasuk wilayah yang perlu mendapat perhatian serius. Termasuk wilayah rawan bencana (gempa). Tapi sekali lagi, kita nggak boleh kemudian patah arang terhadap informasi yang kadang-kadang tidak mengenakkan,” kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
Hal paling penting yang harus dilakukan adalah langkah antisipasi dan kewaspadaan. “Warga yang tinggal di daerah rawan, retakan maupun patahan, kalau melihat situasi kondisi bangsa yang rentan bencana ini, maka mereka harus waspada. Di antaranya dengan memersiapkan bangunan supaya tidak menjadi bangunan yang gampang roboh,” katanya.
Hendi sapaan akrab Hendrar Prihadi meminta agar warga memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi. Apalagi di Kota Semarang banyak warga yang tinggal di daerah perbukitan maupun tanah bertebing yang rawan longsor.
“Kalau mereka tetap merasa khawatir, ya pindah saja. Pindah di lokasi yang dipastikan aman. Duitnya dari mana? Nah, ini dipikir bareng-bareng. Yang jelas, kami punya Rusunawa. Kalau panjenengan khawatir tinggal di daerah patahan, silahkan, kalau mau pindah ke Rusunawa boleh, atau mencari tempat tinggal lain yang sekiranya aman boleh,” katanya.
Lebih lanjut, kata Hendi, mengingat belakangan ini dalam seminggu telah hujan dua kali di Kota Semarang. Artinya, peralihan musim kemarau ke musim penghujan telah dalam proses.
“Seperti tahun lalu, setiap musim hujan kekhawatiran di Kota Semarang ada dua, yakni banjir dan tanah longsor. Saya harap masyarakat bisa memahami itu, artinya persiapkan dengan baik. Dia juga meminta warga berperan aktif apabila menemukan kondisi mengkhawatirkan.
Sedangkan untuk wilayah atas yang sering longsor, Hendi meminta untuk segera dilakukan pemetaan tanggul-tanggul. “Tanggul yang kondisinya tidak baik segera dilaporkan ke lurah, camat. Agar segera bisa dilakukan perbaikan baik oleh Dinas PU, Perkim, maupun swadaya masyarakat. Ini penting agar di kemudian hari saat curah hujan tinggi tidak ada laporan mengenai banjir dan longsor,” katanya.
Lebih lanjut, kata Hendi, saat ini juga sedang dalam proses perbaikan drainase di sejumlah ruas. “Makanya kami juga meminta agar pekerjaan kontraktor segera dikebut. Jangan sampai penyelesaian pekerjaan molor dari ketentuan waktu yang ditentukan oleh dinas. Jangan sampai mereka molor, musim hujan telah tiba sementara pekerjaan drainase belum selesai. Pasti nanti akan jadi banjir. Nah, kami akan pantau ini. Minggu depan saya akan turun ke lapangan untuk mengecek satu per-satu,” katanya.
Berdasarkan pemetaan wilayah rawan bencana oleh BPBD Kota Semarang, sedikitnya ada 9 kecamatan rawan Longsor, yakni Gajahmungkur, Gunungpati, Candisari, Ngaliyan, Tugu, Tembalang, Semarang Selatan, Semarang Barat, dan Banyumanik.
Sedangkan untuk daerah rawan puting beliung berada di 10 kecamatan, yakni Gunungpati, Candisari, Gayamsari, Genuk, Ngaliyan, Tugu, Tembalang, Semarang Utara, Semarang Barat, Semarang Timur.
Sementara untuk daerah rawan banjir berada di Kecamatan Semarang Utara, Semarang Barat, Semarang Timur, Tugu, Candisari, Gunungpati, Gayamsari, Pedurungan, Tembalang, dan Genuk. (ksm)