Semarang, UP Radio – Tradisi syawalan Sesaji Rewanda di Kawasan Gua Kreo berlangsung meriah hingga berhasil menarik wisatawan dari dalam dan luar Kota Semarang.
Walikota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti hadir secara langsung mengikuti kirab diiringi beraneka gunungan hingga replika kayu jati. Tari-tarian dan aneka hiburan tradisional juga turut menyemarakkan tradisi syawalan Sesaji Rewanda.
Walikota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti menyebut, meskipun gelaran tradisi Sesaji Rewanda berlangsung meriah namun masih ada potensi wisata yang bisa dikembangkan.
“Pariwisata memang ada yang bisa digali dari tradisi budaya. Memang ada hubungan yang erat antara pariwisata dan budaya. Ini bisa sustainable dan tumbuh sendiri, kita tinggal ambil alih dan kemudian membesarkannya,” tutur Agustina.
Menurutnya, tradisi-tradisi yang telah ada di masyarakat bisa dikemas dengan baik sebagai bentuk pengembangan wisata. Salah satunya dengan mengemasnta kedalam bentuk-bentuk modern. “Tradisi sesaji Rewanda ini bisa dikemas dengan bentuk-bentuk yang lebih modern,” tuturnya.
Dirinya ingin membawa Semarang menjadi kota pariwisata. Agustina menyebutkan potensi luar biasa Goa Kreo sebagai tujuan wisata di Kota Semarang.
“Goa Kreo ini adalah permata yang terpendam. Jika kita mengasahnya, ini akan berkilau dan menjadi sesuatu yang akan dilirik. Kita sebenarnya sudah bersiap, sudah ada ampitheater dan pernah ada orkestra,” lanjutnya.
Namun Agustina menyoroti perlunya peningkatan akses jalan masuk menuju Goa Kreo. Karena itu, pihaknya menginstruksikan Dinas Pekerjaan Umum dan Disperkim untuk aware dan segera menindaklanjuti.
“Nanti kita perbesar jembatan dan tingkatkan akses jalan masuk supaya ampitheaternya juga dilirik. Ampitheater berdiri sendiri tanpa penunjang fasilitas tentu ini akan mempersulit teman-teman seniman yang akan menggunakannya,” tegas Agustina.
Sesaji Rewanda sendiri menjadi ruang refleksi untuk mengingat pentingnya harmoni antara manusia dan alam. Dalam kesempatan itu, Agustina juga menyampaikan bahwa acara budaya tahunan ini bukan sekadar tontonan, melainkan wujud syukur, pelestarian sejarah, dan pengingat tentang hubungan manusia dengan lingkungan.
“Sesaji Rewanda adalah simbol hormat manusia kepada alam. Simbol syukur, kebersamaan, dan pengingat bahwa membangun peradaban itu tidak pernah sendiri. Manusia bersama tumbuhan, hewan, air, udara semua ciptaan Tuhan kita syukuri,” ungkapnya.
Agustina juga menegaskan komitmen Pemerintah Kota atau Pemkot Semarang untuk terus merawat warisan budaya tersebut. Bahkan tahun depan, pihaknya berencana mengemas acara ini menjadi lebih meriah dengan melibatkan lebih banyak kelompok sadar wisata dan masyarakat sekitar.
Sementara itu, Anggota DPR RI, Samuel Wattimena menyebut jika potensi pariwisata di Gua Kreo sangatlah besar bahkan masih bisa ditingkatkan.
“Story telling disini menjadi bagian yang penting dari sebuah acara kebudayaan. Kebetulan saya di Komisi VII, mitra saya pariwisata, UMKM dan Ekonomi Kreatif yang sangat cocok bagi bidang kebudayaan di desa wisata,” kata Samuel.
Ia ingin semua program di desa wisata bisa menggerakkan masyarakat setempat, komprehensif dan berfokus pada kemasan pertunjukan ke arah nasional dan Internasional.
“Sekarang memang mayoritas yang hadir adalah orang Jawa, jadi semua berbahasa Jawa. Saya orang Maluku butuh terjemahannya. Namun karena budaya ini butuh di syiarkan sebagai lokal wisdom kegiatan kebudayaan di Semarang,” ungkapnya.
(*)