Transisi Energi Hijau, DPPU Adi Soemarmo Layani Pengisian Sustainable Aviation Fuel (SAF)

Boyolali, UP Radio – Menyambut transisi energi hijau, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Sumarmo, Boyolali, Jawa Tengah perdana melayani pengisian produk Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk penerbangan komersial Garuda Indonesia GA 2547 dengan rute Bandara Adi Sumarmo Boyolali (SOC) menuju Bandara Soekarno-Hatta Tangerang (CGK) pada Jumat (27/10). Sebelumnya, pesawat tersebut terbang dengan rute CGK-SOC (GA 1547) dengan SAF yang diisi di Bandara Soekarno-Hatta.

Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho mengemukakan bahwa pengisian SAF di Bandara Adi Sumarmo ini dilakukan khusus pada penerbangan kali ini saja.

“Kami sangat bangga dapat melakukan pengisian tersebut untuk penerbangan ini dan optimis implementasi SAF di wilayah kami (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) pada umumnya dan Bandara Adi Sumarmo pada khususnya bisa dijalankan ke depan dalam waktu yang akan disampaikan kemudian,” jelasnya.

Advertisement

Ia menambahkan, setelah melalui serangkaian uji kualitas standar aviasi internasional, Pertamina telah menyempurnakan produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) J 2.4 atau bahan bakar aviasi dengan campuran kandungan energi terbarukan 2.4% .

Seremoni penerbangan ini dilaksanakan pada Jumat (27/10) di Bandara Soekarno-Hatta yang diikuti oleh pihak pihak yang telah terlibat dalam proses pengembangan produk SAF ini yang terbang bersama penerbangan komersial Garuda rute CGK-SOC (GA 1547) dan tiba pukul 16.30 WIB. Kemudian pesawat kembali dengan rute SOC-CGK (GA 2547) pukul 18.00 WIB. Kedua penerbangan tersebut menggunakan SAF sebagai bahan bakarnya.

Quality Assurance Manager PT Pertamina Patra Niaga, Albert Efendi pada Jumat (27/10) di Bandara Adisumarmo mengatakan produk SAF ini didatangkan dari Soekarno-Hatta Fuel Terminal and Hydrant Installation di Jakarta.

“Produk dikirim ke Solo menggunakan 25 drum dengan total 5 ribu liter. Produk ini sama persis yang digunakan ketika uji penerbangan di Jakarta beberapa hari yang lalu dengan mesin pesawat CFM56-7B sehingga produknya sama persis dan secara kualitas tidak terdapat perubahan apapun karena sudah melalui rangkaian uji di laboratorium,” tuturnya.

Pertamina SAF merupakan hasil inovasi dan kolaborasi antara subholding Pertamina. Melalui fasilitas Green Refinery PT Kilang Pertamina Internasional di Kilang Cilacap, SAF menggunakan metode co-processing ester dan fatty acid (HEFA), dan sesuai standar internasional. Nantinya SAF akan dipasarkan melalui PT Pertamina Patra Niaga untuk industri aviasi di Indonesia dan tidak menutup kemungkinan kepada pasar aviasi internasional.

Dalam kesempatan yang sama, Region Manager Corporate Operation & Services Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, I Komang Astana mengungkapkan siap memasarkan produk avtur ini di seluruh DPPU yang berada di Jawa Tengah dan DIY.

“Merupakan kehormatan bagi kami menjadi tuan rumah untuk reffueling penerbangan menggunakan produk hijau ini, SAF bisa menjadi pilihan bagi para maskapai yang sama sama mempunyai semangat untuk dekarbonisasi, sebelum nantinya di 2026 menjadi bahan bakar wajib bagi industri penerbangan,” ujar Komang.

SAF memiliki banyak keunggulan salah satunya emisi yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar berbasis fosil pada umumnya. Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan pada industri penerbangan, nantinya juga akan diwajibkan di tahun 2026 sesuai Framework CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation) dari International Civil Aviation Organization, dimana regulasi tersebut pada tahun ini masih pada fase Voluntary Pilot Phase.

Pengembangan SAF merupakan salah satu upaya Pertamina dalam transisi energi khususnya di bisnis aviasi, sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) 2060 dengan target dipasarkan di tahun 2025. Pertamina SAF merupakan bahan bakar ramah lingkungan, yang menggunakan campuran komponen minyak sawit dalam formula SAF sehingga dapat mengurangi emisi gas buang pesawat terbang. Selain itu, aspek pemanfaatan komponen minyak sawit ini dapat mendorong perkembangan industri dan ekonomi di dalam negeri. (ptm)

Advertisement