Semarang, UP Radio – Inflasi di Jawa Tengah bulan Juli 4,28 persen. Angka ini turun 0,69 dari bulan Juni lalu yang berada di angka 4.97 persen. Gubernur Ganjar Pranowo masih belum merasa aman dengan penurunan yang terjadi.
“Kita belum merasa secure, teman-teman di TPID kita minta untuk berjaga-jaga,” kata Ganjar di Semarang.
Bersama Bank Indonesia, lanjut Ganjar, komunikasi terus dilakukan. Terutama terkait indikator-indikator yang menyebabkan inflasi. Seperti cabai dan bawang merah.
“Itu betul-betul kita pelototi, contoh yang volatile food yang kita coba intervensi kemarin,” kata Ganjar.
Salah satu bentuk intervensi yang dilakukan adalah operasi pasar. Yakni menggerakkan BUMD, misalnya PT Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) Perseroda yang ditugasi public service obligation (PSO) agar meng-cover beberapa komoditas yang berpotensi naik harga. Begitu juga terkait potensi kenaikan harga gas dan pupuk.
“Memang dengan kondisi eksternal dunia yang sedang berubah wabilkhusus dalam politik pangan maka indonesia, daerah, harus menyiapkan diri,” katanya.
Apalagi Presiden Joko Widodo, kata Ganjar, secara jelas memberi instruksi agar daerah tidak ragu mengintervensi. Regulasi pun disesuaikan khususnya menyikapi kondisi VUCA (volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yang sedang terjadi.
Salah satu upaya intervensi adalah mendorong peningkatan produk bawang putih. Sebab bawang putih komoditas rentan yang kondisinya saat ini produksinya kecil tapi impornya tinggi.
“Maka kalau produksi bisa kita tambah, gap kebutuhan dalam negerinya tidak tinggi maka akan bisa dikendalikan,” ujarnya.
Selain menggerakkan BUMD, upaya intervensi lain yang dilakukan Gubernur Ganjar Pranowo dengan meminta Kadin Jateng untuk mengevaluasi kebutuhan dunia dagang dan industri saat ini.
Ganjar juga mendorong petani untuk bisa membuat pupuk sendiri. Ganjar mengatakan, hari ini masyarakat perlu diajari untuk memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumahnya.
“Memang dengan kondisi eksternal dunia yang sedang berubah wabilkhusus dalam politik pangan maka indonesia, daerah, harus menyiapkan diri,” katanya.
Apalagi Presiden Joko Widodo, kata Ganjar, secara jelas memberi instruksi agar daerah tidak ragu mengintervensi. Regulasi pun disesuaikan khususnya menyikapi kondisi VUCA (volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yang sedang terjadi.
Salah satu upaya intervensi adalah mendorong peningkatan produk bawang putih. Sebab bawang putih komoditas rentan yang kondisinya saat ini produksinya kecil tapi impornya tinggi.
“Maka kalau produksi bisa kita tambah, gap kebutuhan dalam negerinya tidak tinggi maka akan bisa dikendalikan,” ujarnya.
Selain menggerakkan BUMD, upaya intervensi lain yang dilakukan Gubernur Ganjar Pranowo dengan meminta Kadin Jateng untuk mengevaluasi kebutuhan dunia dagang dan industri saat ini.
Ganjar juga mendorong petani untuk bisa membuat pupuk sendiri. Ganjar mengatakan, hari ini masyarakat perlu diajari untuk memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumahnya. (shs)