Tiga Penderita Demam Berdarah Di Semarang Meninggal Dunia

Semarang, UP Radio – Dinas Kesehatan Kota Semarang mencatat, sejak Januari hingga saar ini sebanyak tiga pasien Demam Berdarah di Kota Semarang dinyatakan meninggal dunia.

“Jumlah penderita Demam Berdarah di Kota Semarang mencapai 122 pasien terhitung dari Januari-sampai Senin 18 Februari lalu. Dari jumlah tersebut, sebanyak tiga pasien meninggal dunia,” tutur Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, dr Widoyono, Minggu.

Widoyono menuturkan, ketiga pasien yang meninggal tersebut sebanyak dua pasien dari Banyumanik dan satu pasien dari Ngaliyan. Dari hasil pemantauan DKK, sejumlah titik menjadi daerah rawan terkena penyakit yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini. Di antaranya, Candisari, Gajahmungkur, Banyumanik, Tembalang dan Pedurungan.

Advertisement

“Daerah-daerah tersebut adalah daerah yang paling tinggi penderita Demam Berdarah di Kota Semarang,” ujarnya.

Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Kesehatan untuk mengantisipasi penyakit Demam Berdarah. Salah satunya dengan menggalakkan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Apel PSN dilaksanakan setiap hari Jumat.

“Agar masyarakat tidak terkena penyakit DB, kami mengggalakkan PSN dan bukan menggalakkan fogging,” jelasnya.

PSN melibatkan tim untuk memantau sarang nyamuk di setiap rumah. Dikatakannya, fogging dinilai tak efektif membasmi nyamuk Aedes Aegypti yang gigitannya memicu Demam Berdarah.

Hal itu dikarenakan cepatnya perkembangbiakan nyamuk dan fogging hanya dapat membunuh nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa dapat bertelur hingga 800, sehingga membunuh nyamuk dewasa tak menghentikan siklus hidup nyamuk.

“Siklusnya hidupnya cepat, setiap minggu. Satu nyamuk bisa bertelur sampai 800. Jadi kalau kita cuman membasmi nyamuk dewasanya, telur masih banyak,” katanya.

Ratusan telur nyamuk yang juga jadi pemicu penyakit Cikungunya itu dapat menetas jadi jentik nyamuk dalam hitungan satu atau dua hari. Jentik-jentik nyamuk yang kerap ditemukan dalam rumah bakal jadi pupa lalu nyamuk dewasa dan nantinya kembali bertelur. Dalam satu atau dua hari telur bisa langsung menetas. Menetas jadi jentik, jentik jadi pupa, pupa jadi nyamuk dewasa lagi. Siklusnya cepat, setiap minggu.

PSN, kata dia, lebih efektif dan murah karena dapat dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

“Jadi yang lebih efektif adalah PSN, bukan fogging ya. Karena fogging cuman mematikan nyamuk dewasa. Sedangkan telur-telurnya itu enggak mati dengan fogging,” katanya. (ksm)

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement