Semarang, UP Radio – Penyakit kuku dan mulut (PMK) di Kota Semarang terus meluas. Hingga 12 Januari 2025, tercatat 47 kasus sapi terjangkit PMK, dengan 44 kasus aktif dan tiga sapi mati.
Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Shotiah, mengatakan tiga sapi yang mati termasuk satu pedhet atau anak sapi.
“Yang mati ada tiga, salah satunya pedhet yang baru dua hari lalu. Dua lainnya mati di awal Januari,” ungkap Shotiah, Senin, 13 Januari 2025.
Wilayah dengan kasus aktif terbanyak adalah Banyumanik dengan 30 kasus, disusul Mijen dengan 14 kasus.
Petugas Dinas Pertanian telah bergerak melakukan pengobatan, komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada peternak.
Sapi yang terpapar PMK sedang dalam proses penyembuhan, sementara vaksinasi dilakukan untuk hewan yang masih sehat.
“Semarang mendapat 225 dosis vaksin dari Kementerian Pertanian. Sebanyak 25 dosis sudah diaplikasikan, dan sisanya akan diselesaikan hingga Rabu ini,” jelasnya.
Shotiah meminta peternak tidak panik karena PMK dapat disembuhkan. Ia juga mengimbau agar peternak segera melapor jika mendapati gejala PMK pada hewan ternaknya.
Peternak diminta rutin membersihkan kandang, memberi makan bergizi, serta memberikan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh hewan. Selain itu, ia menekankan pentingnya vaksinasi sebagai langkah pencegahan.
“Jangan ada penolakan vaksinasi. Kita harus memberikan pengetahuan kepada peternak bahwa vaksinasi sangat penting untuk mencegah penularan,” tambahnya.
Dispertan memetakan wilayah vaksinasi di Kecamatan Gunungpati, yang diharapkan tetap bebas dari kasus PMK. Upaya vaksinasi ini menjadi salah satu langkah strategis untuk mencegah penyebaran PMK lebih luas di Kota Semarang.(ksm)