Teatrikal Pertempuran Lima Hari Semarang Pukau Ribuan Penonton

Semarang, UP Radio – Suara sirine, dentum meriam, hingga rentetan senjata menggema di seputaran Tugu Muda, Senin (14/10/2019). Sejumlah pemuda berlarian menghadang para tentara Jepang. Meski hanya bersenjatakan bambu runcing, mereka tak gentar melawan penjajah yang membawa senjata api. Ribuan pemuda bangsa pun gugur dalam pertempuran tersebut. Isak tangis terdengar dari keluarga yang ditinggalkan.

“Pak… Bapak, endi bojoku,” histeris seorang ibu sembari menangis melihat jasad suaminya yang gugur melawan tentara jepang.

Itulah sedikit cuplikan teatrikal Pertempuran antara pemuda Kota Semarang saat melawan para tentara Jepang.

Advertisement

Drama teatrikal yang ditampilkan untuk mengenang peristiwa bersejarah yakni Pertempuran 5 Hari di Semarang. Peristiwa itu terjadi pada 14 Oktober hingga 19 Oktober 1945. Pada saat itu, Jepang enggan menyerahkan senjatanya pasca Proklamasi Kemerdekaan. Sehingga, terjadilah perlawanan antara pemuda Kota Semarang dan para tentara Jepang.

Drama tersebut pun menyedot perhatian ribuan mata penonton. Mereka memadati seputaran Tugu Muda. Meski ditampilkan setiap tahun, para penonton pun selalu menunggu drama teatrikal tersebut, seperti, Muhammad Fahrudin Wicaksono. Dia mengaku sudah pernah menonton drama tersebut, namun tak bosan untuk kembali menyaksikannya.

“Pertunjukannya seru. Membuat deg-degan,” ucapnya.

Menurut Rudy, tontonan ini juga sebagai bahan edukasi bagi anaknya terkait perjuangan para pemuda melawan penjajah. Selain itu juga menjadi hiburan bagi masyarakat.

Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dengan upacara. Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, menjadi inspektur upacara dan diikuti oleh para TNI, Polri, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Semarang, para taruna, dan siswa-siswi Kota Semarang.

Dalam peringatan ini, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengajak seluruh peserta upacara sekaligus masyarakat Kota Semarang untuk bersyukur atas kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan terdahulu. Peringatan ini diharapkan bisa menumbuhkan semangat para generasi muda untuk membangun ibu pertiwi.

“Semoga kita mampu menjadi peran terbaik untuk meneruskan perjuangan para pahlawan. Bersyukur di era kemerdekaan, perjuangannya bukan mengangkat senjata tapi memberikan solusi yang harus diselesaikan misal kemiskinan, penanganan rob, dan banjir,” tutur Hendi, sapaan akrabnya.

Menurutnya, tanggal 14 Oktober 1945 memberikan gambaran pertempuran sengit antara pemuda dan penjajah. Pertempuran lima hari di Semarang adalah bukti semangat juang dan pengorbanan menyala dalam diri pejuang negara.

“Ini perlu diteladani bersama kemudian diimplementasikan dengan mengisi dan mempertahankan negara agar semakin maju dan hebat. Harapannya Kita semakin solid bergerak bersama membangun Indonesia,” paparnya.

Dalam peringatan pertempuran lima hari di Semarang, sanak keluarga dari para pejuang kemerdekaan mendapatkan penghargaan sebagai representasi kepada pejuang kemerdekaan dan wujud penghormatan. (ksm)

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement