Semarang, UP Radio – Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat diharapkan mengurangi pengunaan air bawa tanah (ABT) khususnya di wilayah Semarang Barat bagian utara. Sebab, selama ini kawasan industri, bandara hingga hotel masih mengandalkan penggunaan air bawah tanah.
Akibat penggunaan air bawah tanah tersebut, berdasarkan kajian Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, penurunan tanah di Semarang bagian utara mencapai 5 sentimeter pertahun.
”Setelah SPAM Semarang Barat ini rampung, kami berharap industri, hotel maupun bandara tidak lagi menggunakan ABT tetapi beralih ke air PAM,” ungkap Pjs PDAM Tirta Moedal, M Farchan usai penandatanganan perjanjian kerja sama, sponsor, penjaminan dan regres di kantor PT Tirta Moedal Jl Kelud Raya Semarang.
Terkait dengan hal tersebut, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Semarang tentang aturan pembatasan penggunaan air bawah tanah. Soalnya, jika pengambilan ABT ini tidak dibatasi dikhawatirkan penurunan tanah semakin tajam yang dampak lanjutannya adalah banjir dan rob.
”Tujuan Pembangunan SPAM Semarang Barat ini antara lain juga untuk mengatasi persoalan tersebut,” jelasnya.
Ia memaparkan pembangunan SPAM ini dilakukan oleh tidak pihak yakni PDAM Tirta Moedal, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) dan PT Air Semarang Barat (ABS). PT ABS dibentuk oleh Konsorsium PT Aetra Jakarta-PT Medco Gas Indonesia sebagai pemenang lelang proyek Kerja Sama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) SPAM Semarang Barat. Setelah proyek tersebut selesai dibangun, akan dikelola PT ABS.
Meski nantinya SPAM Semarang Barat dikelola PT ABS, imbuh dia, namun tetap terus berkoordinasi dengan PDAM, termasuk soal tarif kepada pelanggan. Nantinya, PTABS akan mengelola selama 25 tahun, baru kemudian diserahkan kepada pemerintah daerah.
”Tahapan demi tahapan proses proyek KPBU SPAM Semarang Barat hingga saat ini berjalan sesuai jadwal. Kami optimistis target masa bangun tahun 2019 – 2021,” papar Farchan.
Proyek ini, lanjut dia, juga menjadi pioner dalam investasi dengan skema KPBU. Banyak sekali dari pemerintah daerah lain, BUMD, dan badan usaha yang melakukan studi banding di PDAM Tirta Moedal Kota Semarang untuk mempelajari skema KPBU.
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, SPAM Semarang Barat merupakan proyek penyediaan air bersih pertama di Indonesia yang menggunakan sistem KPBU. Oleh karena itu, ia menantang hasilnya bisa menjadi air siap minum. ”Jadi tidak hanya di luar negeri saja, di Semarang pun juga bisa,” jelasnya.
Pembangunan proyek ini akan dimulai tahun depan dengan nilai investasi Rp1,2 triliun. Kelebihan lain dari SPAM Semarang Barat, yakni tidak semata-mata menyediakan air bersih bagi warga Kota Semarang.
Hendi juga menekankan proyek ini juga memperhatikan aspek lingkungan, yakni menekan penggunaan air tanah. Bahkan hal ini juga diatur dalam perda. ”Jadi ini menjadi proyek percontohan, sebagai sistem penyedia air yang menggunakan sistem KPBU. Persiapannya, 10 bulan dan sudah ada pemenangnya. Tahun depan, pembangunan dimulai, dan ditarget rampung 2020,” tutur wali kota yang akrab disapa Hendi ini.
Dia menambahkan, keberadaan SPAM Semarang Barat, juga dalam rangka mewujudkan universal akses. Di mana 100 persen kebutuhan air di Kota Semarang terpenuhi.
Dari SPAM Semarang Barat ini, akan menghasilkan 1.000 liter/detik, untuk mengairi 60.000- 70.000 sambungan. ”Masih ada pekerjaan rumah untuk PDAM yaitu pembangunan SPAM Jatisari dan SPAM Pudak Payung. Kedua SPAM tersebut juga dinanti oleh warga Kota Semarang,” tegasnya. (ksm)