Jakarta, UP Radio – Setelah terbukti mampu mengendalikan Inflasi sejak diterapkan di Jawa tengah sejak 1 tahun lalu, Sistim Informasi Harga dan Produksi Komoditi (SIHATI) direkondasikan untuk menjadi acuan system pengendali inflasi setiap Pemerintah daerah di Indonesia.
Gubernur Jawa tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan SIHATI merupakan system Aplikasi yang dikembangkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Tengah bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Jawa tengah untuk memantau harga berbagai komoditas di jawa Tengah.
“Dengan aplikasi ini (SIHATI) saya bisa memantau perkembangan harga real time, seberapa cepat kenaikan harga komoditas terjadi, dimana dan apa yang harus kita lakukan seperti CCTV,” ujar Ganjar saat berbicara dalam “Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia 2017′ yang diikuti 580 wartawan dari 34 provinsi di Jakarta (20/11).
Lebih lanjut Ganjar mengungkapkan efektifitas pemanfaatan SIHATI dalam membantu pengambilan keputusan untuk bertindak juga dapat dilakukan mengingat dalam berdiskusi tidak harus dilakukan dengan meeting secara langsung dan hanya melalui “Chatting Group WA (whatapp)” setiap anggota.
“Lakukan chatting, diskusi ambil tindakan tanpa banyak rapat, paling tidak kan efisien biaya konsumsi, belum lagi datangnya telat, kalau konsumsinya gak enak pun akan jadi omongan,” katanya.
Namun penerapan SIHATI bukanlah tanpa kendala, sejumlah pihak yang seharusnya melakukan input data pun terkadang tidak disiplin dan lalai untuk menginput data yang seharusnya dilakukan setiap hari. Pemerintah pun terus mendorong Tim dari kabupaten/kota untuk konsisten melakukan input harga terbaru.
“Saat ini Jawa tengah terbukti mampu mengendalikan Laju Inflasi yang dibuktikan dengan selalu berada di bawah Inflasi Nasional setiap bulan,” tambahnya.
Sampai saat ini Aplikasi SIHATI sudah masuk generasi ketiga. SIHATI makin memudahkan produsen atau kalangan petani dan peternak di Jawa Tengah dalam menentukan rencana tanam atau pembiakan, sehingga mampu menekan harga jatuh saat panen raya dan mengurangi lonjakan harga ketika kelangkaan produksi terjadi.
Sementara itu Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Menko Perekonomian/Sekretaris Tim Pengendali Inflasi Pusat Dr. Iskandar Simorangkir SE. MA mengungkapkan propinsi Jawa Tengah saat ini menjadi pilot project bagi program pengendalian Inflasi di Indonesia.
Penduduk miskin sangat rentan terhadap kenaikan harga, khususnya harga kelompok makanan. Secara nasional kontribusi komponen makanan terhadap garis kemiskinan 73,19 persen. Apabila terjadi kenaikan harga beras sebesar 10% maka orang miskin baru akan bertambah 1,2 juta orang.
Menurut Iskandar yang juga membidani lahirnya aplikasi SIHATI (saat menjabat Kepala Perwakilan BI propinsi Jawa Tengah) menilai, saat ini Inflasi di Indonesia secara keseluruhan relatif terkendali.
Inflasi Oktober 2017 mencapai 0,01 persen (mom) dan 3.58 persen (yoy). Hingga Oktober 2017, inflasi mencapai 2.67 persen (ytd). Inflasi pangan terus mengalami tren penurunan sejak awal tahun dan mulai dapat dikendalikan dengan semakin intensnya koordinasi baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia dalam menjaga ketersediaan pasokan dan stok.
“Inflasi yang rendah terjadi di sejumlah daerah terutama Sumatera dan Jawa. Secara agregat, inflasi di kedua wilayah tersebut tercatat sebesar 0,23% di Sumatera dan Jawa disebabkan oleh peningkatan harga cabai merah dan beras. Sementara itu, Kawasan Timur Indonesia (KTI) secara agregat mencatatkan deflasi sebesar 0,30%,” paparnya.
Program pengendalian Inflasi nasional pun telah dicanangkan presiden dengan menetapkan Tahun 2017 menjadi momentum penting koordinasi pengendalian Inflasi nasional dengan Ditetapkannya Keputusan Presiden nomor 23 tahun 2017 tentang Tim Pengendalian Nasional
“Jika seluruh daerah di Indonesia bisa menerapkan SIHATI, maka lonjakan harga di momentum tertentu bisa dicegah. Selain itu, kelangkaan produksi juga bisa segera diantisipasi lewat kebijakan strategis,” ungkapnya.
Isandar pun mendukung jika natinya Aplikasi SIHATI dapat digunakan oleh setiap pemerintah daerah untuk diterapkan di daerah masing-masing mengingat Aplikasi ini digunakan dimanapun akan sama karena hanya membutuhkan system inputdata yang cepat dan valid. (shs)