Semarang, UP Radio – Sekolah Berkebun namanya, sebagai tempat untuk cetak petani perkotaan di Kota Semarang.
Sekolah Berkebun diinisiasi Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, sebagai upaya warga tetap produktif selama pandemi Covid belum berakhir.
Hal ini jadi alternatif mencetak petani perkotaan dengan cara menanam padi tanpa harus memiliki lahan sawah.
Cukup di halaman terbatas atau ruang kosong dengan menggunakan media tanam dan pot tanam secukupnya.
Di rumah pribadinya, Bukit Duta No.12 Bukit Sari Semarang, jadi tempat sharing ilmu menanam aneka jenis padi dengan Sekolah Berkebun.
Kali ini Kelompok Wanita Tani (KWT) PKK RW 24 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang mendapat pelatihan di Sekolah Berkebun.
“Tadi memberikannya pelatihan dengan menanam banyak jenis padi melalui belajar di Sekolah Berkebun,” kata Hevearita Gunaryanti Rahayu, atau perempuan yang akrab disapa Mbak Ita, Minggu (10/10).
Pada pelatihan Sekolah Berkebun, Mbak Ita memperkenalkan cara tanam varietas padi jenis M70D.
Keunggulan varietas padi M70D ini mempunyai masa tanam dan panen yang relatif singkat yakni hanay 70 hari.
“Varietas padi lainnya panen 3 bulan atau 107 hati, M70D cukup sampai 70 hari saja,” kata Mbak Ita.
Sebagai tahap uji coba cara tanamnya juga kali ini unik, hanya mengunakan pot atau polybag, tidak pada lahan persawahan.
Hal ini sebagai upaya mencetak petani perkotaan dengan lahan yang cukup ada di halaman rumah atau sisa tanah.
“Kita akan melihat perkembangan dan pertumbuhannya menunggu 70 hari,” katanya.
Sebelumnya, di Sekolah Berkebun sudah menanam padi varietas lainnya yang sudah tumbuh dan sudah dipanen.
Ada varietas padi inpago yang telah dipanen menghasilkan 2 kg beras. Kedua varietas si denuk juga sudah dipanen dengan menghasilkan 3 kg beras.
“Si denuk ini bulir berasnya besar-besar dan semua ditanam pada 70 rumpun dalam pot,” katanya.
Untuk varietas lainnya ada MSP yang sudah dalam 36 hari masa tanam dan siap untuk dipanen.
Hari Kusriyani Ketua PKK RW 24 Kelurahan Sendangmulyo, mengaku pelatihan menanam padi menjadi sesuatu yang baru.
Biasanya, dia mendapat pelatihan di Sekolah Berkebun hanya sebatas Tananam sayuran dan buahan.
“Kami sudah mendapat pelatihan dua kali dari Bu Ita, dan ini tanam padi di pot sesuatu yang baru menanam padi di pot,” katanya.
Seperti biasnya, usai mendapatkan pelatihan, dia akan menularkan kepada warga PKK untuk juga menanam padi di pot atau polybag.
“Kami juga akan mengajak para pembimbing PPL untuk tetep melakukan bimbingan pelatihan pada warga kami,” katanya. (ksm)