Sang Puan Serap Aspirasi Perempuan di Kota Semarang

Semarang, UP Radio – Musyawarah Sang Puan (Sayang Perempuan dan Anak) masih terus berjalan di setiap kelurahan yang ada di Kota Semarang. Musyawarah Sang Puan ini merupakan inisiasi dari Ketua TP PKK Kota Semarang, Krisseptiana Hendrar Prihadi (Tia Hendi), agar perempuan memiliki akses untuk menyalurkan inspirasi.

Kasi Peningkatan Kualitas Keluarga Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang, Luky Widyastuti Puspitaningrum mengatakan, DP3A memberikan fasilitator di setiap kelurahan dan kecamatan untuk bertugas mengawal rencana kegiatan para kaum perempuan.

“Sang Puan dilaksanakan di 177 kelurahan. Ini terjadwal sampai akhir Januari. Februari nanti ada musyawarah kecamatan, nanti akan dibawa ke kota. Sebenarnya, kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak tahun lalu, cuma bqmqnyq masih rembug perempuan,” papar Luky, saat menghadiri Musyawarah Sang Puan di Kelurahan Kalicari, Rabu (19/1/2022).

Selama ini, Musrenbang diikuti mayoritas RT dan RW. Melalui Sang Puan ini, kata dia, Tia Hendi ingin perempuan menyalurkan aspirasinya.

Selama kegiatan Sang Puan berlangsung, Luki menyebut ada beberapa persoalan yang disampaikan oleh kaum perempuan antara lain terkait pola asuh anak, pernikahan anak masih banyak, dan ketahanan keluarga. Diharapkan, ada program-program yang diusulkan untuk persoalan tersebut.

“Forum anak, karangtaruna, difabel juga perlu dilibatkan agar menyuarakan usulan. Selama ini kurang mendapat perhatian,” tambahnya.

Lurah Kalicari, Catarina Nevy Herawati mengatakan, fasilitator yang dilatih oleh DP3A diharapkan dapat membantu menginventarisir permasalahan perempuan dan anak. Di Kelurahan Kalicari, pihaknya ingin perempuan bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial keluarga melalui usaha yang dikembangkan.

Dari sisi kesehatan, posyandu Kalicari sudah baik. Para kader aktif mengontrol kesehatan balita. Kasus stunting juga tidak ada. Namun, diharapkan tetap ada sosialisasi mengenai stunting, kekerasan dalam rumah tangga, dan edukasi hak-hak anak.

“Difabel juga perlu kami perhatikan. Disini memang tidak banyak, tapi kaki ingin ada wadah bagi mereka agar lebih berkreasi,” tambahnya. (ksm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *