Rencana Pembangunan Simpanglima Kedua Mundur

Semarang, UP Radio – Rencana pembangunan Simpanglima Kedua di daerah Pedurungan, Kota Semarang, belum dapat direalisasikan tahun 2019 ini.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Iswar Aminudin mengatakan, anggaran dana untuk pekerjaan umum tahun 2019 ini menurun sehingga beberapa rencana pembangunan belum dapat direalisasikan. Satu di antaranya pembangunan Simpanglima kedua.

“Pembangunan Simpanglima kedua membutuhkan dana sangat besar. Sementara, anggaran menurun sekitar beberapa ratus juta sehingga dana tidak mencukupi,” ungkap Iswar, Senin.

Advertisement

Dia menyatakan, sebenarnya pihaknya sudah selesai menyusun detail engineering desain (DED) untuk pembangunan Simpanglima kedua.

Tempat ini nantinya bertujuan untuk memecah konsentrasi kepadatan di pusat Kota Semarang.

Selain Simpanglima kedua, jalan layang (flyover) yang rencananya akan dibangun di Banyumanik dan Pedurungan juga belum dapat dilakukan tahun ini.

Iswar menilai, pembangunan flyover ini juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sementara, banyak proyek pembangunan yang harus dituntaskan tahun 2019 ini.

“Ada beberapa tugas yang mana kami membutuhkan dana besar tahun ini seperti Jalan Gajah, hilir Banjir Kanal Timur (BKT), dan ada beberapa lainnya. Sehingga, anggaran kami tidak cukup untuk itu. Kecuali, jika Pemerintah Kota (Pemkot) kelebihan anggaran baru kami pikirkan,” ujarnya.

Dia menambahkan, Pemkot akan memikirkan pembangunan yang besar pada tahun 2021. Sedangkan, pada 2019 dan 2020 ini, pihaknya akan fokus mengatasi banjir di daerah timur seperti Genuk, Gayamsari, Pedurungan, dan sebagian Tembalang.

“Tahun ini kami fokus mengatasi banjir daerah timur. 2020 juga masih akan tuntaskan persoalan banjir. Insyaallah, 2021 kami pikirkan pembangunan yang besar,” katanya.

Saat ini, kata Iswar, DPU Kota Semarang mulai merancang pembuatan DED untuk mengatasi banjir di daerah timur.

Nantinya, pihaknya juga akan merancang pembuatan embung di daerah atas Kota Semarang seperti daerah Mijen. Dengan adanya embung di daerah atas, air hujan dapat tertampung sehingga tidak langsung mengalir ke area bawah.

“Ini baru perencanaan. Jika Pemkot sudah punya banyak anggaran lagi insyaallah 2020 kami bangun. Tahun kemarin ada dua embung yang kami bangun,” paparnya.

Menurutnya, perubahan fungsi lahan di daerah atas sangat besar. Sehingga, kapasitas daya tampung saluran air tidak mencukupi. Maka Kota Semarang membutuhkan penampung air atau embung di daerah atas.

“Mau tidak mau kami harus siapkan embung ataupun biopori. Ini kami lagi beli alat untuk mengukur tanah sehingga air bisa masuk ke tanah,” jelasnya. (ksm)

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement