Semarang, UP Radio – Goa Kreo Semarang menjadi obyek wisata potensial yang akan terus dikembangkan oleh pemerintah kota Semarang.
Masyarakat pecinta seni kini semakin dimanjakan dengan adanya tempat melihat pertunjukan dan panggung pentas seni Plaza Seni Budaya Goa Kreo Semarang.
Sekretaris Dinas Penataan Ruang (Distaru) Kota Semarang M Irwansyah, pihaknya sengaja membuat plaza ini sebagai panggung pentas seni. Fungsinya dapat digunakan untuk pementasan seni budaya dari warga sekaligus menunjang atraksi di destinasi wisata Goa Kreo.
Arena pertunjukan Plaza Goa Kreo digunakan perdana pada malam perayaan pergantian tahun dengan atraksi dan seni budaya ketoprak serta pentas tari semarang secara massal.
“Ruang-ruang publik seperti ini dibangun untuk mengembangkan bakat seni sehingga terjangkau oleh masyarakat, sekarang tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkannya,” terangnya.
Menurutnya, Distaru memang memiliki kewenangan membangun fasilitas-fasilitas penunjang sarana publik. Karenanya, saat warga di Kandri berkeinginan memanfaatkan plaza ini untuk berkegiatan seni budaya, pihaknya sangat mendukung.
Ia mengatakan keberadaan panggung yang dibangun kurang lebih selama dua bulan tersebut merupakan simbiosis mutualisme antara Pemkot dan masyarakat sekitar. Dan terbukti, panggung pagelaran seni yang dibangun Pemkot di pinggir dermaga Waduk Jatibarang dipadati penonton saat menyambut malam pergantian tahun.
“Apalagi saat ini Semarang telah masuk dalam daftar 4 Kota Destinasi Pariwisata di Indonesia,” tukasnya.
Ditambahkan, pihaknya bersama dinas terkait perlu terus berbenah dan menyajikan sesuatu yang dapat menarik para wisatawan. Dengan kemasan dan penyajian yang menarik, Kota Semarang diyakini dapat menjadi kota destinasi favorit, salah satunya dengan seni dan budaya.
“Bulan November 2019 mendatang, Festival Folklore akan kembali digelar dengan jangkauan yang lebih besar, sehingga Pak Wali (Hedrar Prihadi -red) ingin mewadahi masyarakat untuk mengembangkan kebudayaan lokal,” tandasnya.
Di sisi lain, ketua panitia gelar budaya Kelurahan Kandri Sadiin menambahkan jika pihaknya sengaja memberikan suguhan berbeda saat malam pergantian tahun. Salah satunya gelaran tari dan ketoprak kreasi Sanggar Langun Tri Budaya yang juga ada di Kandri.
“Kami berupaya menampilkan kreativitas yang dimiliki warga, meski belum seberapa namun kita ingin mengukuhkan budaya sendiri,” ujarnya.
Dirinya menambahkan jika ada tarian yang tidak dapat ditampilkan akibat kendala cuaca, yakni Tari Kera Wanara Parisuka. Tari tersebut merupakan kreasi dari warga Talun Kacang yang berkiblat pada sejarah penamaan Goa Kreo.
“Karena cuaca ada alat musik yang tidak dapat dimainkan, sehingga tidak bisa tampil. Namun untuk ketoprak yang merupakan puncak acara tetap akan tampil,” imbuhnya.
Selain gelar budaya, untuk menggantikan pelepasan lampion, panitia membuat 1000 lentera sebagai selfie spot para pengunjung, serta di akhir acara akan dibagikan sego kethek, makanan khas Desa Talun Kacang dan kembang api.
Ketua RW 03 Kelurahan Kandri, Danu Kasno berharap, acara budaya seperti ke depannya akan lebih baik lagi dan tidak sekedar setahun sekali untuk melestarikan budaya.
“Untuk melestarikan budaya seperti ini bisa lebih sering lagi, tempat sudah difasilitasi oleh pemerintah, kita tinggal memanfaatkan,” pungkasnya. (ksm)