Jakarta, UP Radio – Rencana Kementerian Pendidikan untuk kembali menerapkan sistem penjurusan di SMA mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa Amaliah. Ia menilai penjurusan merupakan langkah logis dan relevan di tengah kebutuhan besar Indonesia terhadap tenaga kerja di bidang teknologi dan sains.
Menurut Ledia, pemetaan minat siswa terhadap jurusan IPA, IPS, dan Bahasa bukan hanya soal akademik, tapi juga bagian dari strategi pembangunan nasional. “Kita sedang menuju era di mana teknologi memainkan peran vital. Maka, regenerasi SDM yang paham STEM (Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika) adalah keharusan,” ujarnya.

Namun, politisi dari Fraksi PKS ini juga menyoroti tren penurunan minat siswa terhadap jurusan-jurusan sains, termasuk berkurangnya jumlah guru yang mengampu mata pelajaran tersebut. Padahal, ia menekankan, bidang-bidang ini penting untuk mendukung visi besar Presiden Prabowo seperti kedaulatan pangan, teknologi pertanian, dan inovasi hasil pangan.
Untuk itu, Ledia mendorong agar penjurusan tidak dilakukan secara tiba-tiba di tingkat SMA, melainkan dipersiapkan sejak siswa duduk di bangku sekolah dasar. “Anak-anak harus mendapat pendampingan dari guru bimbingan dan konseling sejak dini. Mereka butuh arahan untuk mengenali potensi dan membangun kepercayaan diri,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa pemahaman tentang berbagai profesi masa depan seharusnya mulai diperkenalkan sejak SD. “Bimbingan karier itu bukan hal yang mewah, tapi kebutuhan. Kalau sejak awal anak tahu potensi dan keinginannya, pilihan jurusan saat SMA tidak lagi berdasarkan gengsi atau ikut-ikutan,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, pemerintah saat ini tengah mengkaji dampak dari sistem peminatan yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, membuka ruang diskusi soal wacana penjurusan kembali. Mu’ti menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap masukan publik dan berharap kebijakan pendidikan ke depan benar-benar menyentuh kebutuhan riil peserta didik dan tuntutan zaman.