Pendapatan Daerah Jawa Tengah Hingga 31 Juli 2024 Tembus Angka Hingga Rp62,97 triliun

Semarang, 14 Agustus 2024 – Kementerian Keuangan Satu Jawa Tengah menyampaikan kinerja ekonomi Jawa Tengah periode s.d. 31 Juli 2024.

Acara tersebut dihadiri Kepala Perwakilan Kemenkeu Jawa Tengah Tri Wahyuningsih Retno Mulyani sekaligus Kepala Kanwil DJKN Jateng dan DIY, bersama Kepala Kanwil DJPb Jawa Tengah Muhdi, Kepala Kanwil DJP Jateng I Max Darmawan, Kepala Kanwil DJP Jateng II Slamet Sutantyo dan Kepala Kanwil DJBC Jateng dan DIY Akhmad Rofiq.

Sejumlah current issue yang dapat di-highlight pada kesempatan tersebut diantaranya dukungan pemerintah kepada industri dalam negeri yang berorientasi ekspor melalui diterbitkannya 12 izin Kawasan Berikat (KB) dan 2 izin Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) selama semester I tahun 2024 untuk menciptakan harga jual produk kompetitif.

Hal ini diharapkan dapat semakin mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang pada triwulan II tahun 2024 berhasil tumbuh sebesar 4,92% (yoy).

Kepala Perwakilan Kemenkeu Jawa Tengah Tri Wahyuningsih Retno Mulyani mengatakan ditengah ketidakpastian ekonomi global terutama akibat dampak tensi geopolitik, kinerja ekonomi domestik masih menunjukan pertumbuhan yang stabil.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada Triwulan II 2024 tumbuh sebesar 4,92% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,97% (yoy). Dibandingkan dengan kinerja pada Triwulan I-2024, ekonomi Jawa Tengah pada Triwulan II-2024 tumbuh sebesar 1,57% (qtq). Sedangkan dalam Semester I-2024, perekonomian Jawa Tengah tercatat mengalami pertumbuhan positif yaitu sebesar 4,94% (ctc).

Menrutnya kinerja perekonomian Jawa Tengah setara dengan pertumbuhan ekonomi Jawa sebesar 4,92% (yoy), namun masih lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05% (yoy).

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yaitu sebesar 11,43%. Sedangkan dari sisi pengeluaran, kenaikan tertinggi dicatat oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) yaitu sebesar 18,76%.

Laju inflasi gabungan 9 Kota di Jawa tengah tetap terkendali, pada Juli 2024 terjadi deflasi -0,13% (mtm) dan secara tahunan mengalami inflasi 1,86% (yoy). Aktivitas ekonomi Jawa Tengah tetap terjaga dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juli 2024 sebesar 134,6 (mtm), yang menunjukkan optimisme dan keyakinan konsumen atas kondisi perekonomian di Jawa Tengah yang lebih baik (>100). Capaian Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juli 2024 sebesar 113,45 serta Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar 100,93 turut menunjukkan akselerasi dibanding bulan sebelumnya.

APBN sampai dengan bulan Juli 2024 mencatatkan kinerja yang baik. Penerimaan APBN Jawa Tengah mencapai Rp64,94 triliun (54,18% dari target), sementara realisasi belanja APBN mencapai Rp64,11 triliun (48,74% dari pagu), sehingga terdapat surplus sebesar Rp825,13 miliar.

Kinerja penerimaan masih tumbuh positif didukung kinerja kegiatan ekonomi yang baik. Penerimaan Perpajakan terdiri dari penerimaan Pajak dan Kepabeanan dan Cukai, tercatat penerimaan Pajak sebesar Rp30,84 triliun (57,27% dari target) tumbuh 11,81% (yoy) dan Kepabeanan dan Cukai sebesar Rp30,08 triliun (49,49% dari target) tumbuh 16,65%. Adapun realisasi PNBP mencapai sebesar Rp4,02 triliun (77,01% dari target) tumbuh 2,97% (yoy).

Realisasi belanja K/L telah mencapai Rp22,99 T (50,30% dari pagu), secara nominal tumbuh 17,43% (yoy). Seluruh jenis belanja secara nominal tumbuh, tertinggi belanja bansos sebesar 29,36% sedangkan yang terendah belanja Modal sebesar 13,60% (yoy)

Sedangkan pada APBD, pendapatan daerah di Jawa Tengah sampai dengan 31 Juli 2024 sebesar Rp62,97 triliun (56,01% dari target) tumbuh Rp3,22 triliun atau 5,39% (yoy). Realisasi TKD mencapai Rp41,12 triliun (59,67% dari alokasi pagu), tumbuh Rp1,43 triliun (3,61% yoy).

TKD menyumbang 65,3% terhadap Pendapatan Daerah. Realisasi belanja APBD sebesar Rp55,99 triliun (48,03% dari pagu) naik Rp9,06 triliun (19,30% yoy). Komponen belanja seluruhnya tumbuh positif, kecuali belanja bantuan sosial. Hingga Juli 2024 masih terdapat surplus Rp6,98 triliun, turun 45,53% (yoy). (rls)