Semarang, UP Radio – Pelaku pariwisata di Kota Semarang meminta pemerintah untuk membantu perihal pemasaran wisata di Semarang sebagai bagian dari pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Di Kota Semarang ada 8 Desa Wisata. Namun masih terkendala pemasaran dan minimnya kunjungan. Kondisi ini cukup meresahkan bagi para pelaku wisata, terutama Kelompok Desa Sadar Wisata yang telah berupaya membangun brand wisata Kota Lumpia.
Hal ini dijelaskan oleh Koordinator Komunitas Desa Sadar Wisata, Winarno di hadapan Kepala Bapenda dan Kepala Disbudpar Kota Semarang pada Senin (24/1/2022) dalam talkshow bertajuk pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pria yang juga ketua Kelompok Desa Wisata Kedungpane itu meminta setidaknya jika ada study tour siswa sekolah atau mahasiswa agar memprioritaskan destinasi wisata Kota Semarang terlebih dahulu.
“Kami berharap Pemerintah Kota Semarang mau mendorong anak-anak sekolah atau perguran tinggi jika mengadakan study tour alangkah lebih baiknya menjelajah tempat-tempat wisata yang ada di plosok Semarang, sebelum pergi ke Bali, Bandung, atau Jogja. Ini jadi salah satu cara untuk pemasaran yang baik,” ujar Winarno.
Membuka tahun 2022, Pemerintah Kota Semarang mulai menjalankan program pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif. Program ini sendiri disosialisasikan dengan menggelar acara talkshow dengan berbagai kalangan mulai pelaku wisata, pemuda pegiat wisata, komunitas Kelompok Desa Wisata, Dharma Wanita, Kelompok Pelaku Wisata Religi, dan para jurnalis.
Dalam acara yang digelar di hotel Noormans tersebut, Indriyassari yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Semarang mengatakan tahun 2021 adalah tahun kebangkitan ekonomi walaupun masih sangat fluktuasi seiring naik turunnya kasus covid-19.
Namun wanita yang juga mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang itu mengatakan setidaknya ada dua event nasional yang digelar di Ibu Kota Jawa Tengah.
“Tahun 2021 ada dua agenda Kota Semarang ada dua. Namun berkat kegigihan temen-temen Genpi akhirnya agenda itu bisa terrealiasasi yaitu Semarang Night Carnival dan Festival HAM Nasional,” ujar wanita yang akrab disapa Iin.
Selaku Kepala Bapenda Kota Semarang yang baru dilantik dua minggu lalu, Iin berharap tidak ada lagi refocusing anggaran yang mengakibatkan prioritas program terganggu.
“Kami berharap tidak ada refocusing anggaran. Itu tergantung dari kita warga Kota Semarang dalam menjaga keamanan dan kesehatan dari ancaman covid-19,” tandasnya.
Selain soal pariwisata, Iin juga melaporkan secara singkat progres pertumbuhan pendapatan Kota Semarang dari pariwisata. Dia mengatakan, tahun 2020 menjadi tahun terburuk untuk neraca pendapatan Kota Semarang. Namun tahun 2021 sudah mulai ada titik cerah.
“Untuk penerimaan pajak dari pariwisata kami mengalami fluktiasi. 2019 naik, 2020 turun drastis dan 2021 sudah mulai membaik,” tandasnya.
Sementara itu, Sapto Adi Sugihartono yang saat ini menjadi Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang menggantikan Iin menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat Kota Semarang dalam membangun pariwisata.
“Saya sepakat bahwa di setiap destinasi membutuhkan masyarakat yang sadar pariwisata,” ucapnya.
Sapto menambahkan bahwa masyarakar sadar wisata adalah dia yang mengerti fungsi, kemitraan, danpengembangan produk.
Senada dengan Sapto, pengamat pariwisata asal Universitas Kristen Satya Wacana, Aldi Herindra Lasso Ph D mengatakan kemajuan pariwisata ditentukan dari pelaksanaan lima fungsi, yakni; kemitraan, perencanaan pengembangan produk, pemasaran, seni, dan pengembangan masyarakat.
“Yang paling penting adalah fungsi kemitraan, perencanaan pengembangan produk, pemasaran, seni, dan pengembangan masyarakat,” tandasnya.
“Apabila kelima fungsi ini bisa dilaksanakan, maka Kota Semarang akan memiliki atsmofer pariwisata yang menarik,” imbuhnya.
Menjawab pertanyaan Winarno di atas, Adi mengatakan perlu ada inovasi agar wisata di Kota Semarang tidak monoton.
“Saya jadi ingat 5 tahun yang lalu di PRPP, ternyata sebelum rame-rame metavers bu tita (direktur PRPP) pernah mengundang produsen teknologi besar. Dia memamerkan futuria dengan kacamata tiga dimensi untuk memberikan pengalaman berbeda dalam pariwisata,” ujar Adi mencontohkan.
“Nah wisata-wisata yang memiliki inovasi pasti memiliki daya tarik lebih dibanding tempat hiburan atau wisata biasa,” pungkasnya. (ksm)