Semarang, UP Radio – Pelaku industri seni dan wisata menjerit imbas pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Pasalnya, selama PPKM darurat, kegiatan seni budaya ditiadakan. Destinasi wisata pun ditutup.
Seorang pemilik studio rekaman, Antok mengaku sangat terdampak akibat PPKM darurat. Sebelum penerapan PPKM darurat, diakuinya, studio rekamannya mulai bangkit. Kini, usahanya kembali terpuruk. Bahkan, sudah banyak para pelaku usaha studio rekaman menjual alat-alatnya.
“Sudah banyak yang jual alat. Kami menurun drastis. Saya harap pekerja seni terap diberi ruang untuk berkarya. Kalau tidak, bisa mati perlahan,” ungkap Antok.
Adanya isu perpanjangan PPKM darurat juga membuatnya sedikit geram. Dia berharap, ada kelonggaran bagi pekerja seni. Menurutnya, pekerja seni bisa tetap beraktivitas di tengah pandemi. Apalagi, pelaku seni sudah mengantongi sertifikasi CHSE yang diinstruksikan pemerintah.
“Kemarin sebelum PPKM darurat, kita sudah terapkan CHSE, tetep sesuai prokes. Imbauan-imbauan sudah kami pasang dan tempel di studio,” sebutnya.
Jika pekerja seni masih belum diberi ruang untuk kembali berkreasi, lanjut dia, akan banyak dampak yang timbul. Misalnya saja dia selaku pemilik studio rekaman. Selama ini, dia harus tetap merogoh kocek untuk membayar karyawan dan perawatan alat-alat. Di sisi lain, tidak ada pemasukan sama sekali.
“Artis mungkin masih dapat royalti dari digital platform, tapi kru atau studio rekaman seperti saya tidak ada penghasilan kalau artis atau band-band tidak ada job,” ucapnya.
Tak hanya sektor seni, industri wisata juga mengalami hal serupa.
Direktur Semarang Zoo, Khoirul Awaludin mengatakan, manajemen harus memutar otak agar operasional bisa tetap terpenuh. Apalagi, Semarang Zoo memiliki ratusan hewam yang harus tetap diberi makan setiap hari.
Pihaknya membuka program piknik virtual dan Hewan Asuh. Program ini merupakan program donasi dimana para donatur bisa piknik virtual sembari memberi makan secara virtual. Pemberian makan hewan disiarkan secara live di media sosial Semarang Zoo. Sehingga para donatur bisa menyaksikan.
“Ada yang bantu transfer, kami sajikan biar live ngasih makan hewan bisa dilihat langsung oleh donatur. Itu yang bisa kami lakukan saat ini. Mau melakukan hal-hal lain susah, ditutup total, mau mendatangkan ke sini juga susah,” ujar Awaludin.
Diakuinya, operasional untuk memberi makan hewan memang cukup besar yakni mencapai sekitar Rp 200 juta per bulan. Selama PPKM, manajemen mengandalkan dana penghasilan sebelum PPKM darurat. Belum lagi, kata dia, pengeluaran untuk gaji karyawan. Selama PPKM, sistem kerja karyawan hanya setengah hari sehingga gaji pun menyesuaikan.
Jika PPKM darurat diperpanjang, pihaknya harus berpikir ulang untuk memenuhi operasional. Dia berharap sektor wisata bisa kembali operasional setelah 20 Juli.
“Kalau bisa cukup sampai tanggal 20 Juli saja. Mari bersama ikut aturan pemerintah biar cepat selesai,” ucapnya. (ksm)