Semarang, UP Radio – Perwakilan pedagang Pasar Johar kembali mendatangi kantor Walikota Semarang untuk meminta agar Pemerintah Kota Semarang menunda pengundian lapak pedagang Pasar Johar gelombang kedua.
Pasalnya, menurut para pedagang, pengundian gelombang pertama belum sepenuhnya tuntas.
Salah seorang perwakilan pedagang, Burhan mengatakan masih ada sekitar 80 an pedagang asli Pasar Johar yang hingga saat ini masih bertahan di bekas relokasi MAJT lantaran belum mendapat lapak yang sesuai dengan zonasi.
Pedagang yang belum mendapat undian nomor lapak berasal dari pedagang konveksi, bumbon hingga aksesoris.
Misalnya saja, zonasi konveksi yang seharusnya berada di Cagar Budaya Johar Utara bawah, namun hingga saat ini justru ditempati oleh pedagang kacamata.
“Keputusan Pak Wali, untuk segera memasukkan para pedagang yang hingga saat ini belum mendapat tempat yakni dengan cara pedagang kacamata yang ada di Johar Utara bawah akan dinaikan ke atas, lalu tempat yang kosong itu akan dipakai pedagang asli Johar Utara yakni konveksi yang memang sesuai dengan zonasi,” kata Burhan usai melakukan audiensi tertutup dengan Walikota Semarang di Balaikota Semarang, Selasa (23/8).
Selain itu ada puluhan lapak di Johar Tengah dan Selatan yang amsih disegel oleh Satpol PP karena pedagang yang mendapat lapak tersebut tidak menempatinya selama kurun waktu tiga bulan, akan segera dibuka dan diberikan kepada pedagang asli Johar yang memang belum mendapat lapak sama sekali.
Nantinya, setelah ada surat resmi dari Dinas Perdagangan, maka para pedagang yang belum mendapat lapak akan melakukan klarifikasi ke kantor Satpol PP untuk bisa mendapatkan lapak yang yang tadinya disegel.
“Mekanismenya nanti untuk membuka segel itu pedagang ke Satpol PP untuk klarifikasi karena tempat tersebut akan ditempati pedagang baru yang sebenarnya memang pedagang asli johar,” ungkapnya.
Burhan mengaku jika saat ini pedagang yang amish bertahan di bekas relokasi MAJT dan belum mendapat tempat di Johar merasa khawatir jika para pedagang sudah diminta untuk keluar dari relokasi tersebut dna belum tahu akan pindah kemana.
“Kan sudah diperingati yang di MAJT itu, kami takut kalau sudah tidak bisa di MAJT lalu belum dapat lapak lalu harus bagaimana?,’ ungkapnya.
Pedagang ingin permasalahan penempatan lapak dari hasil pengundian gelombang pertama bisa diselesaikan, sebelum pemerintah melakukan pengundian tahap kedua.
Untuk itu, pihak p[pedagang meminta agar pemerintah menunda terlebih dahului pengundian gelombnag kedua.
“Kami khawatir karena ada rencana pengundian gelombang kedua, yang dikhawatirkan jika pengundian gelombang kedua dibuka tapi permasalahan gelombang pertama belum selesai maka akan menumpuk,” ujarnya.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi meminta kepada Dinas Perdagangan untuk bisa tegas dan tidak ragu jika memang hasil pengundian gelombang pertama yang menggunakan e pendawa masih menyisakan permasalahan.
Ia meminta kepada Disdag untuk mengecek kembali jika memang lapak pedagang yang diundi pertama tidak ditempati maka bisa diberikan kepada para pedagang yang serius untuk berdagang dan memang belum mendapat lapak sama sekali.
“Saya minta Disdag tegas, kalau tidak ditempati berikan kepada yang serius mau menempati. Ini kan miris, mereka sudah dapat undian malah tidak ditempati,” ungkap Hendi, sapaan akrabnya.
Sementara untuk Shopping Center Johar (SCJ), Hendi menyampaikan saat ini lapak di SCJ sudah selesai pengerjaannya, namun beberapa sarana prasarana pendukung seperti lift barang dna eskalator memang tengah dalam tahap perbaikan oleh Dinas Penataan Ruang (Distaru).
SCJ yang nantinya akan diberikan kepada pedagang dasaran terbuka (DT) adalah di lantai 3,4 dan 5.
Meski demikian beberapa pedagang non DT meminta akan mereka bisa menempati di SCJ lantai 1 dan 2.
“Lantai 1 dan 2 belum diserahkan ke Pemkot jadi saya harap pedagang yang pengen menempati di tempat tersebut ya sabar menunggu,” tandasnya. (ksm)