Semarang, UP Radio – Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas PGRI Semarang kembali menggelar event tahunan Seminar Nasional Literasi (Semitra) secara daring (20/11).
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Semarang Eva Ardiana mengungkapkan Semitra tahun ini kembali diselenggarakan secara Online dan menjadi penyelenggaraan ke enam kalinya.
“Biasanya Semitra dilaksanakan secara tatap muka, tetapi sejak tiga tahun ini karena kondisi maka pertemuan dilaksanakan dalam bentuk online. Ini merupakan Semitra yang ke enam.” Terang Eva Ardiana.
Sementara itu ketua panitia Semitra Raden Yusuf Budiawan, S.Pd. MA. menyampaikan program ini dilaksanakan dalam rangka penguatan profil lulusan yang salah satunya adalah praktisi komunikasi publik yang di dalamnya terdapat kreator konten.
Selain itu tujuan dari acara ini adalah usaha dari PBSI UPGRIS untuk mengikuti perkembangan zaman dan menjawab tantangan generasi muda yang membutuhkan wadah kreativitas.
“Semitra selalu mengangkat isu-isu aktual yang terkait dengan literasi. Pada Semitra tahun ini mengangkat tema Bahasa dan Sastra dalam Kemasan Konten Kreatif Digital,” kata Raden Yusuf.
PBSI melalui semitranya ingin menunjukan bahwa keterampilan dan pengetahuan bahasa dan sastra layak diangkat sebagai konten di media digital seperti youtube dan lain sebagainya. Artinya apa, apa yang dipelajari oleh mahasiswa di kelas bisa diekspresikan di media digital dan menghasilkan.
Ia mencontohkan perihal deklamasi puisi yang dilakukan oleh Peri Sandi Huizche dikonten youtubenya mendapatkan respon luar biasa oleh masyarakat. “Buktinya, akun youtubenya banyak diikuti orang dan ditonton oleh banyak orang,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut PBSI UPGRIS juga menghadirkan Peri Sandi sebagai pembicara.
Peri Sandi adalah seniman yang berkaya dalam multi medium, baik panggung maupun virtual (media sosial). Tahun 2015 mendirikan Laboratorium Banten Girang (kelompok berkarya lintas disiplin ilmu) bersama sejumlah Sejarawan, Antropolog, Arkeolog, Sastrawan, dan Pecinta seni di Serang-Banten. Tahun 2019 mendirikan Lab. Sandisala, kelompok anak muda dalam bidang seni dan gerakan kemasyarakatan. Kini ia mengajar di Prodi Teater ISI Surakarta.
Dalam kesempatan tersebut Peri Sandi menyatakan saat ini apa saja telah tersaji dalam konten di internet dan yang tidak ada di internet adalah perasaan.
“Dalam bidang sastra masih banyak sekali yang bisa dieksplore. Saya hanya menekuni seculi yaitu pembacaan puisi.” Kata Peri.
Dalam pembacaan puisi dalam media digital ia mengenalkan tiga hal yaitu pembacaan puisi, medium dan penonton.
“Kita perlu mengenal siapa penonton kita untuk menentukan puisi macam apa yang akan kita tonton. Membaca puisi ia klasifikasikan menjadi tiga yaitu pembacaan puisi, dekalamasi puisi, dan pertunjukan puisi. Pada pertunjukan puisi inilah ia melakukan remidiasi, membuat pertunjukan yang tidak nyata memiliki efek nyata,” pungkas Peri.
Selain menampilkan Peri Sandi acara juga akan diisi oleh begawan digital UPGRIS Zainal Arifin, M.Hum.
Dalam kesempatan tersebut Zainal mengemukakan bahwa sekarang ini pengguna internet begitu luar biasa banyak pengguananya. Hal itu juga yang mengakibatkan para konten kretor menjadi kaya raya.
“Saya mengutib Alfin Toffler bahwa setelah era pertanian dan industri sekarang adalah eranya informasi,” katanya.
Dikatakan, konten kreator saat ini dibutuhkan dimana saja. Selain bidang penjualan, promosi perusahaan juga membutuhkan konten kreator. Bahkan pemerintah merekrut pegawai negeri untuk mengisi bidang ini. Pada masa pandemi ini perusahaan tidak bisa menerjunkan tim pemasaran secara langsung maka tim konten kreator digital harus bekerja ekstra. (pai)