Semarang, UP Radio – Perum Bulog Divre Jawa Tengah telah menyiapkan 30.000 ton beras medium untuk stabilisasi harga melalui operasi pasar. Beras tersebut disebar ke-15 titik pasar pencatat inflasi di Jawa Tengah.
Operasi pasar di Jawa Tengah dilakukan hingga kini telah disalurkan lebih dari 17.200 ton atau 58 persen dari target yang telah ditetapkan.
Kepala Perum Bulog Divre Jateng, Djoni Nur Ashari mengatakan operasi pasar yang terua dilakukan terbukti mampu menahan laju kenaikan harga di sejumlah wilaya.
“Kenaikan harga ini merupakan siklus yang harus diantisipasi mengingat hal ini terus berulan setiap tahun hingga memasuki musim panen di berbagai daerah,” ungkap Djoni.
Bulog siap menggelar operasi pasar untuk menekan terjadinya kenaikan harga, hingga musim panen raya uang diprediksi berlangsung di bulan mareti mendatang, meski di sejumlah daerah ada yang mulai panen di akhir januari ini.
Diakuinya, dari hasil pantauan di lapangan, saat ini harga beras medium masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dipatok Rp9.450/kg.
“Melalui operasi pasar, beras medium akan dijual seharga Rp9.350/kg yang lebih murah dibanding HET yang telah ditetapkan,” lanjutnya.
Menurutnya, saat ini kondisi cadangan beras Bulog pun masih relatif aman, dengan daya tahan hingga 3 bulan ke depan. Adapun bulan Maret nanti diprediksi akan terjadi panen raya, sehingga stok akan kembali berlimpah.
“Panen raya masih Maret nanti. Kalau saat ini serapan beras masih terbatas dari beberapa daerah yang telah masuk musim panen, seperti Ambarawa, Tegal, dan Cilacap,” ungkapnya.
Djoni menuturkan, pada tahun ini Bulog Divre Jateng menargetkan serapan beras hingga 425.000 ton. Jumlah tersebut naik dari realisasi serapan tahun 2017 yang mencapai 378.000 ton.. (shs)