Melestarikan Budaya Bersama 7th Festival Komukino “Jateng Re

SEMARANG – Minggu, 16 Desember 2018 acara 7th Festival Komukino yang diinisiasi oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi, FTIK Universitas Semarang telah sukses diselenggarakan. Acara ini menjadi angin segar untuk pelestarian budaya yang mulai terkikis oleh perkembangan zaman.7th Festival Komukino dikemas lebih modern supaya mudah diterima oleh anak-anak muda dengan tetap mempertahankan kearifan dan kebudayaan lokal khususnya di Jawa Tengah.

7th Festival Komukino diselenggarakan di Hutan Wisata Tinjomoyo, Gunungpati, Semarang sekaligus untuk mengenalkan Hutan Wisata Tinjomoyo ke masyarakat yang lebih luas. Dengan dihadiri banyak pengunjung dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, komunitas di kota Semarang, keluarga yang menikmati libur hari minggu hingga masyarakat di sekitar Hutan Wisata Tinjomoyo. Yunita Aryanti mengatakan kegembiraan dan kebanggaannya bahwa masih ada anak muda yang berusaha menebarkan virus positif pelestarian budaya lokal, ia ingin acara serupa bisa terus diadakan agar kebudayaan dan kesenian lokal tidak hilang.

Rektor USM, Andi Krida Susila, SE, MM mengatakan bahwa dengan diadakannya Festival Komukino ini artinya teman-teman mahasiswa telah sampai pada fase 4 (empat) pendidikan tinggi yaitu “Learn to live together,” bagaimana mahasiswa bisa bersinergi bersama dan mengajak lingkungan eksternal untuk bersama dengan semangat “Jateng Remen,” melestarikan kebudayaan lokal khususnya di Jawa Tengah. Andi Krida Susila, SE, MM menambahkan Universitas Semarang berkomitmen untuk lebih peduli terhadap budaya dengan mengintegrasikan bidang akademik dengan persoalan sosial di sekitar sehingga mahasiswa dapat lebih peka terhadap persoalan sosial dan budaya.

Advertisement

Salah satu acara yang mencuri perhatian adalah penampilan Rumah Aksara WB, pemenang Komukino Award. Tak bisa dipungkiri bahwa tingkat literasi anak di Indonesia termasuk yang terendah. Rumah Aksara WB mencoba mengangkat peringkat literasi dengan terus mengenalkan budaya melalui pendekatan yang berbeda, yaitu dengan melihat apa yang dibutuhkan anak-anak. Berdongeng, diskusi, dan workshop pembuatan wayang rotan ke desa-desa di Jawa Tengah rutin dilakukan oleh Rumah Aksara WB dengan tujuan menyebarkan virus budaya Jawa mulai dari anak usia dini.

Hendrar Prihadi, S.E, M.M, Wali Kota Semarang mengatakan mahasiswa tidak cukup untuk pintar secara intelektual saja tapi juga harus sadar terhadap persoalan sosial dan budaya yang ada di sekitar. Dengan belajar memahami fungsi sosial kita bisa menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan dan ikut membantu mereka yang membutuhkan. “Mari bergerak bersama buat Semarang menjadi lebih baik, Semarang Hebat,” tambahnya dalam sambutan di 7th Festival Komukino. (FTIK/USM)

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement