Jakarta, UP Radio – Maraknya Gempuran informasi di media sosial, media online, media elektronik perlu disikapi dengan baik terkait mitos dan stigma Kusta.
Media, pers mahasiswa, jurnalis warga dapat memainkan peran penanggulangan kusta di Indonesia yang masih berperingkat ketiga dunia untuk jumlah kasus kusta setelah India dan Brazil.
NLR adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang didirikan di Belanda pada 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekuensinya di seluruh dunia dengan tiga pendekatan yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi).
Project Officer SUKA (Suara untuk Indonesia Bebas Kusta), Fanny Rachma menyampaikan pentingnya keberadaan media sebagai penyalur informasi yang valid.
“Media diharapkan mampu menuangkan informasi kusta yang valid dan inklusif dengan kaidah jurnalistik tanpa mengesampingkan risiko terjadinya stigma dan diskirimasi pada kusta yang berujung pada masalah kesejahteraan emosional, psikologis hingga sosial.” ujar Fanny Rachma.
Dalam dialog ini juga dibahas hal seputar mitos-fakta tentang kusta, dan peran media dan sejauh mana media awareness terkait isu kusta, serta bagaimana inisiatif mahasiswa peduli kusta dalam partisipasinya pada upaya penanganan kusta, serta pengalaman konkrit pemberitaan terkait kusta yang dilakukan individu maupun organisasi.
Communications Officer NLR Indonesia Paulan AJi mengungkapkan ditahun 2018 NLR bertransformasi menjadi entitas nasional dengan maksud untuk membuat kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta.
“Sama dengan Aliansi NLR Internasional, tagline NLR Indonesia adalah: Hingga kita bebas dari kusta,” ungkapnya saat acara media gathering dengan topik “Stigma dan Mental Wellbeing pada Kusta” secara daring bersama KBR (23/8).
Kegiatan Media Gathering ini merupakan rangkaian proyek SUKA (Suara untuk Indonesia Bebas dari Kusta) yang diinisiasi NLR Indonesia sejak 2021 untuk mengedukasi publik secara kontinyu tentang kusta dan konsekuensinya.
Paulan Aji mendorong kalangan media dan pers mahasiswa agar menampilkan foto, gambar, video, dan cerita yang inspiratif tanpa melanggengkan stigma kusta.
“Cerita yang dilengkapi foto, gambar, video dan pernyataan sebaiknya menampilkan perubahan yang positif dari orang yang pernah mengalami kusta, bukan malah berfokus pada sisi kelamnyam,” ungkap Paulan Aji.
Achmad Mutiul Alim menambahkan informasi dan kisah inspiratif tentang orang yang pernah mengalami kusta perlu diangkat ke media secara rutin.
“Organisasi seperti NLR Indonesia perlu terus menjalin relasi dengan media karena setiap hari media menerima ribuan rilis dengan berbagai isu. Maka bila ada cerita inspiratif atau publikasi yang menarik tentang kusta dan dikirim ke media ini akan membantu kampanye lebih luas tentang kusta,” ujar praktisi media dari Jurnas.com.
Workshop media gathering ini diikuti oleh lebih dari 50 media dan mahasiswa melalui zoom meeting dan siaran live youtube KBR dan NLR Indonesia.
Diharapkan media semakin berpartisipasi aktif dalam menyebarluaskan informasi yang benar seputar kusta dan mampu menyuarakan atau memberitakan informasi yang benar, efektif , menarik dan inklusif sehingga masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan, sosial dan budaya tidak hanya menjadi paham, tetapi juga termotivasi untuk terlibat aktif dalam penanganan kusta di Indonesia. (shs)