Semarang, UP Radio – Jelang tutup tahun 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jateng merilis kinerja sektor jasa keuangan di provinsi Jawa Tengah cenderung stabil. Hal ini didukung dengan dengan likuiditas yang memadai dan tingkat risiko yang tetap terjaga.
Kepala OJK Jateng, Sumarjono mengatakan, Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 7,44 persen secara year on year(yoy) menjadi Rp 470,29 triliun. Sementata, kredit yang disalurkan tumbuh 5,12 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 423,84 triliun dengan risiko kredit sebesar 5,63 persen.
“Perkembangan kinerja bank umum di Jateng per Oktober 2024 mencapai Rp430,20 triliun atau tumbuh 7,82% (yoy). Sementara, total kredit bank umum mencapai Rp 385,5 triliun atau tumbuh sebesar 5,5 persen (yoy),” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa(24/12/2024).
Ia menyebut, Non-Performing Loan(NPL) bank umum di Jateng sebesar Rp 17,89 triliun. Meski demikian, pencadangan kredit bermasalah cukup baik sehingga rasio NPL Netto terjaga di angka 4,64 persen.
Untuk perkembangan kinerja BPR, Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR/S di Jateng tumbuh 3,47 persen (yoy) sebesar Rp 40,09 triliun. Total kredit BPR/S mencapai Rp38,34 triliun naik 1,37 persen (yoy).
Kemudian, dalam perkembangan kinerja perbankan syariah, DPK tumbuh 13,14 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp37,10 triliun. Pembiayaan yang disalurkan tumbuh sebesar 13,83 persen (yoy) dengan nominal Rp 32,41 triliun dan rasio NPF 5,48 persen.
Pada sektor industri keuangan non-bank(IKNB) per Oktober 2024, nilai piutang pembiayaan pada perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 3,07 persen (yoy). Nominalnya mencapai Rp 33,59 triliun dengan NPF sebesar 2,97 persen.
“Namun, modal ventura mengalami penurunan penyaluran sebesar 9,52 persen(yoy) dengan nominal Rp 1,02 triliun. Sebaliknya, aset Dana Pensiun di Jateng tumbuh 5,31 persen (yoy) yang mencapai Rp 6,88 triliun,” kata Soemarsono.
Perusahaan Penjaminan pada Oktober 2024 juga mencatatkan peningkatan aset menjadi sebesar Rp 522 miliar. Peningkatan ini mencapai 9,68 persen (yoy) dengan outstanding pembiayaan sebesar Rp 4,33 triliun.
Ia menambahkan, Jateng tercatat memiliki Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terbanyak secara nasional, yakni sebanyak 112 LKM. Penyaluran pinjaman yang diberikan mencapai Rp 470 milliar atau tumbuh 5,06 persen (yoy) dengan jumlah aset sebesar Rp 736 miliar.
Sementara itu, transaksi Pasar Modal di Jateng didominiasi oleh investor individu. Jumlah Single Investor Identification(SID) Saham mencapai 724.529 investor pada Oktober 2024 dengan nilai transaksi Rp 12.513 triliun.
“Jumlah SID reksadana dan SBN juga meningkat. Masing-masing 15,57 persen dan 20,65 persen,” pungkas Soemarsono. (shs)