Semarang, UP Radio – Pemerintah Kota Semarang terus berupaya menjadikan kota berjuluk Lunpia ini menjadi kota yang ramah terhadap anak.
Disamping membentuk sekolah ramah anak yang sudah digencarkan beberapa waktu lalu, Pemkot juga berupaya menciptakan kelurahan yang ramah anak.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), M Khadik menyebutkan, dari 177 kelurahan di Kota Semarang baru 38 kelurahan yang sudah menjadi kelurahan layak anak. Masih ada 139 yang tengah dipersiapkan menjadi kelurahan ramah anak.
“Kami ingin Kota Semarang bisa jadi kota layak anak yang hebat. Untuk mendukung itu, semua sektor harus ramah anak mulai lingkungan keluarga hingga lingkungan harus betul-betul memberikan jaminan anak bertumbuh kembang dengan baik,” paparnya.
Dikatakan Khadik, ada 24 indikator yang menjadi syarat kelurahan ramah anak, diantaranya ada jaminan anak bertumbuhkambang dari aspek infrastruktur, sarana bermain, kawasan bebas rokok dan narkoba, dan tersedianya tempat sampah untuk melatih pola hidup bersih kepada anak.
Selan itu, juga harus terbentuk forum anak tingkat kelurahan. Sehingga, ada keikutsertaan anak dalam proses pembangunan mulai dari pembahasan rencana pembangunan tingkat RT, RW, hingga Musrenbang kelurahan.
“Harapannya forum anak dilibatkan, apa yang menjadi aspirasi anak bisa disampaikan,” tambahnya.
Khadik berharap, Kota Semarang dapat meraih predikat kota layak anak utama pada 2020 ini. Sebelumnya pada 2017 Kota Semarang mendapatkan predikat kategori pratama, kemudian naik menjadi kategori madya. Terakhir 2019, Kota Semarang masuk dalam kota layak anak kategori nindya.
Sementara, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi berkomitmen agar Kota Semarang menjadi kota yang nyaman dan ramah untuk semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.
“Ketika semua lapisan nyaman, bonusnya adalah penghargaan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Hendi menambahkan, kelurahan ramah anak menjadi bagian dari mewujudkan kota yang ramah untuk semua lapisan.
Menurutnya, anak bergantung dari generasi sebelumnya yang mana 50 persen dipengaruhi keluarga dan 50 persen dipengaruhi lingkungan sekitar. Ia pun bsrharap dua hal tersebut dapat berjalan beriringan sehingga akan menjadi generasi yang prduktif, berakhlak, dan memiliki ideologi yang pancasilais.
“Saya menginginjan Semarang kota yang nyaman dan layak anak, yang jelas kampungnya ada kawasan bebas rokok. Kelurahan harua menyiapkan public space untuk anak-anak bisa ngobrol dan bermain. Kemudian, memantau supaya tidak ada peredaran narkoba,” sebutnya. (ksm)