Kemenkes Gaet Influencer hingga Ibu-Ibu Muda Jadi Pasukan Digital Penangkal Hoaks Imunisasi

Jakarta, UP Radio – Di era banjir informasi, satu kabar palsu bisa menular lebih cepat daripada virus. Melihat situasi ini, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) bersama Global Health Strategies (GHS) mengajak para pegiat media sosial dan komunitas dari berbagai penjuru negeri untuk jadi garda depan dalam melawan disinformasi tentang imunisasi.

Melalui acara bertajuk Temu Komunitas dan Pegiat Media Sosial yang digelar dalam rangka Pekan Imunisasi Dunia 2025, ratusan peserta dari beragam latar belakang berkumpul dengan satu tujuan: memperkuat peran media sosial sebagai ruang edukasi, bukan disinformasi. Tema tahun ini: “Imunisasi untuk Semua: Dari Kota hingga Pelosok Negeri.”

Mulai dari tokoh agama, ibu-ibu muda, driver ojek online, hingga influencer lokal hadir dalam forum ini. Mereka diajak menjadi Duta Imunisasi Digital, sebuah gerakan yang bertujuan membanjiri ruang digital dengan informasi valid dan mendorong masyarakat agar tak ragu melindungi anak-anak melalui imunisasi.

Advertisement

“Hoaks kesehatan bisa lebih viral daripada video TikTok. Karena itu, kita butuh lebih banyak suara pro-imunisasi di dunia digital, imunisasi bukan sekadar pilihan, tapi hak dasar anak-anak.” ujar Ganendra Awang Kristandya, Direktur GHS Indonesia.

Menurut data WHO, tahun 2023 masih ada 14,5 juta anak di dunia yang tidak mendapat imunisasi dasar—dikenal sebagai zero dose. Indonesia memang mengalami kemajuan, dari 1,1 juta anak tanpa imunisasi pada 2021 menjadi 662 ribu pada 2023. Tapi angka itu masih menjadikan Indonesia negara ke-6 tertinggi dalam hal anak yang belum diimunisasi.

Hal ini ditegaskan oleh Direktur Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine. “Bukan karena vaksinnya tidak ada. Bukan karena tidak ada puskesmas. Tapi karena masyarakat termakan informasi salah, yang bikin ragu, takut, lalu menolak imunisasi,” katanya.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menyampaikan bahwa pendekatan lama tidak lagi cukup. “Sekarang bukan soal kurang informasi, tapi kebanyakan yang salah. Jadi komunikasi kesehatan harus relevan, luwes, dan menyentuh. Dan harus disampaikan oleh orang-orang yang memang didengar,” ujarnya.

Lewat inisiatif ini, Kemenkes berharap lahirnya gelombang baru Duta Imunisasi Digital dari berbagai kalangan—yang akan terus menyuarakan pentingnya imunisasi secara konsisten dan inklusif, demi generasi Indonesia yang lebih sehat.

Dengan slogan nasional “Ayo Lengkapi Imunisasi, Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas,” Pekan Imunisasi Dunia 2025 bukan sekadar kampanye—tapi panggilan untuk menyelamatkan masa depan anak-anak bangsa.

Advertisement