Semarang, UP Radio – Satpol PP Kota Semarang kembali melakukan penegakan Perda, kali ini 30 lapak pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Jalan Dr. Kariadi di robohkan oleh petugas.
Kasat Pol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto mengatakan, perobohan lapak tersebut juga dikarenakan adanya program sentra kuliner yang akan digarap oleh Pemkot Semarang bersama PT KAI Daop 4 Semarang.
Dalam perobohan lapak PKL, Satpol PP juga dibantu oleh petugas Polisi Khusus Kereta Api. Upaya perobohan lapak tersebut tidak nampak keributan antara pemilik lapak dengan petugas.
“Sudah direncanakan akan ada kawasan Kuliner. Kebetulan ini tanahnya KAI. Kebetulan PKL ada yang berdiri di tanah KAI dan Pemkot. Pedagang berdiri diatas saluran air. Pemkot pun ada proyek pelebaran jalan atau pedesterian di pinggir jalan ini. Maka dirobohkan,” jelas Fajar, Senin (9/5).
Fajar mengaku jika pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada pemilik lapak yang dirobohkan. Bahkan sosialisasi sudah disampaikan hingga tiga kali.
“Kita sebelumnya sudah ada komunikasi dengan pedagang. Sehingga alhamdulillah giat hari ini tidak ada keributan,” tuturnya.
Selain akan dibuat sentra kuliner, lapak pedagang yang berdiri diatas saluran irigasi juga mengganggu kinerja saluran terlebih jika hujan lebat turun. Untuk itu lapak-lapak tersebut memang harus disingkirkan.
“Selama ini kan ruas jalan di sini sempit dan selalu macet. Semoga setelah ini jadi lancar,” ungkapnya.
Senior Manager Penjagaan Aset PT KAI Daop 4 Semarang, Arif mengatakan sesuai peraturan daerah Kota Semarang memang dilarang adanya pedagang berjualan diatas saluran air. Maka pihaknya bersama Satpol PP menertibkan para pedagang.
“Sebagai gantinya, ada tempat relokasi yang jadi sentra kuliner yakni sebuah rumah dinas KAI di Jalan Kedungjati nomor 22. Nanti disana para pedagang ada perjanjian kerjasama sewa menyewa,” bebernya.
Sementara itu, Wakil Ketua Paguyuban Pedagang, Budiyanto mengaku tidak mempermasalahkan perobohan lapak ini, bahkan pihaknya telah melakukan diskusi antara pedagang dengan petugas.
“Kami menyadari program ini kan bagus. Daripada kita melawan dan hanya diberi pesangon serta tidak dapat tempat, kita sepakat relokasi aja. Karena kita sadar dari pertama kali berdiri, punya anak dan cucu ya dari tempat ini. Maka kita setuju direlokasi dan biaya sewanya murah,” jelasnya. (ksm)