Semarang, UP Radio – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk konsisten melakukan penanganan penyakit tuberkulosis (TBC).
Hal itu disampaikan Mbak Ita sapaan akrabnya saat menghadiri kegiatan Peluncuran USAID BEBAS-TB dan Penyusunan Rencana Kerja Terpadu Penanggulangan TBC di Kota Semarang, Senin (19/2/2024).
Dalam kesempatan itu, ia mengaku jika tujuan mengentaskan TBC adalah salah satu program nasional yang harus diwujudkan. Menurut data yang diterima, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah India, dengan beban kasus TBC sebesar 1.060.000 kasus.
Sedangkan untuk Kota Semarang sendiri adalah salah satu daerah dengan beban kasus tinggi, sebesar 6.527 kasus di tahun 2023. Mbak Ita menargetkan di tahun 2028, kasus penderita TBC di Kota Semarang bisa berkurang atau bahkan hilang.
Oleh karena itu dirinya meminta kepada Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam untuk segera memetakan wilayah-wilayah yang terindikasi memiliki jumlah kasus TBC yang tinggi.
“Masalah TBC bukan hanya masalah kesehatan, melainkan berkaitan erat dengan masalah ekonomi dan kesejahteraan sosial, mengingat pasien TBC harus menjalani pengobatan selama minimal 6 bulan secara rutin yang berdampak pada produktivitas pasien dan keluarga,” ujarnya.
Ke depan, ia mendorong semua pihak termasuk seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), akademisi, dan masyarakat bisa ikut terlibat dalam penanganan TBC. Apalagi TBC dapat menyerang anak stunting yang membuat pengobatannya menjadi terkendala.
“Membutuhkan sinergitas intervensi yang melibatkan multi-sektor serta peningkatan pemberdayaan masyarakat. Dan sebagai bentuk komitmen Pemkot Semarang untuk menuju Eliminasi TBC tahun 2028, adalah dengan adanya Peraturan Wali kota Nomor 39 tahun 2017 tentang Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan TBC,” terangnya.
Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam memastikan bakal intens melakukan pencegahan dan penanganan TBC. Saat ini, pihaknya tengah melakukan pemeriksaan di setiap wilayah untuk mengetahui jumlah penderita TBC.
Termasuk balita stunting yang mengalami TBC. Saat ini Kota Semarang sudah memiliki 13 fasilitas kesehatan tes cepat molekuler (TCM), yakni delapan puskesmas dan lima rumah sakit.
“Kita lakukan screening jika hasil positif langsung kita obati dan kemudian dilakukan pencegahan satu sampai dua bulan. Lalu tahun 2022-2023 kita sudah melakukan screening 45.000 yang ketemu 6.500. Dan harapannya screening ini jangan dikurangin. Karena harapannya, jika dilakukan banyak kasus, bisa cepat ditemukan dan diobati,” paparnya.
Sementara itu, Provincial Manager USAID Bebas TB Jawa Tengah, drg Endang Nuraini mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada jajaran Pemkot Semarang yang telah berkomitmen bersama-sama menuntaskan angka TBC. Pihaknya memastikan bakal intens melakukan koordinasi untuk mewujudkan Kota Semarang zero TBC di tahun 2028.
“USAID Bebas TBC akan fokus melakukan pendampingan kegiatan di Kota Semarang seperti meningkatkan penemuan kasus TBC, kualitas screening, dan diagnosis layanan TBC. Lalu optimalisasi pencegahan TBC dan memperkuat sistem kesehatan untuk mempercepat eliminasi TBC. Kami juga terus memperkuat kemitraan TBC dengan pemangku kepentingan dan komunitas, serta riset implementasi untuk meningkatkan penanggulangan TBC,” imbuhnya.(ksm)