Semarang, UP Radio – Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer TW II 2020 tumbuh terbatas.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Jawa Tengah Soekowardojo dalam siaran tertulisnya menyebutkan, kondisi tersebut tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II 2020 yang tumbuh sebesar 0,15% (qtq), melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 0,56% (qtq).
Menurutnya, Perlambatan tersebut terjadi pada semua tipe rumah baik tipe kecil, menengah, dan besar. Secara tahunan, pertumbuhan IHPR pada triwulan II 2020 mengalami perlambatan sebesar 1,17% (yoy) Iebih rendah dari triwulan 1 2020 yang sebesar 1,32% (yoy). Perlambatan terjadi pada harga properti pada tipe rumah kecil dan menengah.
Sejalan dengan harga properti residensial yang tumbuh terbatas, penjualan properti residensial pada triwulan II 2020 mengalami penurunan sebesar -18,76% (qtq), Iebih rendah dari triwulan sebelumnya yang meningkat 26,59% (qtq).
Penurunan penjualan pada TW II 2020 terjadi pada rumah tipe kecil dan menengah, sementara rumah tipe besar mengalami peningkatan.
Secara tahunan, penjualan properti residensial tumbuh 20,03% (yoy) Iebih rendah daripada penjualan triwulan 1 2020 yang tumbuh sebesar 29,53% (yoy). Penurunan penjualan terjadi pada rumah tipe menengah dan besar, sementara rumah tipe kecil tumbuh melambat.
Ditinjau dari Sisi pembiayaan, pada triwulan II 2020 posisi KPR yang disalurkan Bank Umum di Jawa Tengah menurun dibandingkan triwulan 1 2020, dari RP 24,10 triliun menjadi RP 24,02 triliun.
Penyaluran KPR tersebut mengalami penurunan secara triwulan sebesar -0,34% (qtq) atau 2,91 % (yoy) Iebih rendah dari triwulan 1 2020 sebesar 0,41% (qtq) atau 5,49% (yoy).
Sementara itu, kualitas KPR yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non-performing /oan (NPL) pada triwulan laporan relatif sama dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2,35%
Bank Indonesia juga memperkirakan, Pada triwulan III 2020, IHPR akan mengalami peningkatan sebesar 0,22% (qtq) dan 1,10% (yoy).
Soekowardojo juga meyakini, peningkatan tersebut sejalan dengan perkiraan ekonomi kedepan yang mengalami perbaikan sehingga mampu mempengaruhi permintaan masyarakat. (shs)