Semarang, UP Radio – Fakultas Teknik dan Informatika (FTI) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) bersama Universiti Teknologi Mara (UTM) Malaysia menggelar webinar internasional.
Seminar internasional digelar secara daring melalui aplikasi zoom, di ruang seminar lantai 2 UPGRIS (10/8), diikutiv640 peserta dari Indonesia dan berbagai negara lainya seperti Amerika, Perancis, Hungaria, Jepang, Malaysia, Turkey, Tunisia, Cheko dan Iran.
Rektor Universitas PGRI Semarang Dr Muhdi mengatakan Kegiatan yang dilaksanakan FTI UPGRIS ini merupakan salah satu rangkaian webinar berkelanjutan dengan menghadirkan narasumber Muhammad Malik (FTI UPGRIS) dan Mohd Ibrahim Shapiai (UTM Malaysia).
“Jaringan kerjasama FTI UPGRIS sangat luas sehingga peserta webinar bisa menghadirkan peserta dari berbagai negara,” ujar Muhdi.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan wujud kerjasama UPGRIS dengan UTM Malaysia untuk meningkatkan sumber daya manusia agar lebih maju.
Dikatakan Muhdi, Kecanggihan teknologi saat ini menuntut agar manusia bisa beradaptasi dengan cepat. Semoga kegiatan ini mampu menjadikan kerjasama UTM dan UPGRIS lebih solid.
Dalam seminar ini Muhammad Malik menyampaikan materinya terkait Control Systems in Agriculture Using Intelligent Wireless Sensor Networks. “Dalam memenuhi permintaan makanan dari populasi yang terus meningkat, sangat penting untuk menerapkan teknologi cerdas bidang pertanian. Sekarang kita telah memasuki era baru, Ini adalah masa ketika sensor teknologi tinggi, komputasi awan, perangkat lunak khusus, dan Internet of Things diintegrasikan ke dalam pertanian,” paparnya.
Menyikapi hal tersebut, terang Malik, Di era baru pertanian data menjadi sangat penting. “Pendekatan pemanfaatan Wireless sensor network yang terintegrasi dengan kecerdasan buatan dan Internet of Things merupakan teknologi alternatif untuk meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah yang sangat luas,” katanya.
Tehnologi Wireless sensor network, tambahnya, menjadi solusi jaringan nirkabel yang dapat secara otonom memantau kondisi fisik atau lingkungan, seperti suhu, suara, getaran, tekanan, gerakan atau polutan, di lokasi yang berbeda.
“Jarak jangkau komunikasi yang luas, membuat jaringan sensor nirkabel ini banyak digunakan untuk area yang cakupannya luas sehingga dapat menghemat penggunaan kabel,” ujar Malik.
Tehnologi nirkabel dirasa efektif untuk pengontrolan suatu lahan pertanian yang mempunyai area cakupan yang luas terutama pada tumbuhan yang menjadi komoditas yang memiliki nilai manfaat.
“Wireless sensor network dapat menekan biaya dan dapat meminimalkan kesalahan hardware yang disebabkan oleh gangguan transmisi kabel,” tambah Malik.
Selanjutnya Data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk membantu dalam mengelola pemanfaatan tanah, air, dan pupuk agar lebih efisien. (shs)