Semarang, UP Radio – Kasus Covid-19 pada anak menjadi perhatian Pemerintah Kota Semarang terutama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang.
Kepala DP3A Kota Semarang, M Khadik menyampaikan, pada awal pandemi kasus Covid-19 lebih banyak terjadi kepada usia dewasa dan lansia.
Namun ternyata, di Kota Semarang, tercatat sudah ada 578 anak terpapar Covid-19. Adapun lima diantaranya meninggal dunia.
“Kalau melihat kasusnya memang cukup besar, tapi akhir-akhir ini Kota Semarang sejak PPKM darurat sudah semakin menurun. Kami berharap akan terus menurun,” ucap Khadik dalam dialog bertema Anak Hebat Tangguh Hadapi Pandemi Covid-19 dalam rangka Hari Anak Nasional.
Pemerintah Kota Semarang sudah berupaya secara maksimal menyediakan tempat isolasi hingga tingkat RT.
Menurutnya, anak-anak tetap bisa memanfaatkan fasilitas tersebut untuk menjalani isolasi selama terpapar Covid-19. “Pemkot melalui DP3A selalu memberi penguatan langsung agar anak-anak tangguh dalam menghadapi covid-19,” ujar Khadik.
Menurutnya, peran orang tua mendampingi dan mensuport ketika anak-anak terpapar covid-19 sangat penting. Khadik menyebut, banyak kasus anak-anak yang terpapar melakukan isolasi di tempat karantina dengan di rumah sendiri justru tingkat kesembuhannya lebih cepat di rumah sendiri.
Hal ini karena pengaruh psikis anak. Perhatian dan suport orang tua dinilai mampu membuat imun anak lebih meningkat. “Anak-anak pasti lebih nyaman ketika berada di lingkungan keluarga dan mendapat perhatian lebih dari orang tua. Itulah yang membuat daya imun meningkat dan mempercepat penyembuhan,” kata Khadik.
Menurut Khadik, kondisi pandemi bisa digunakan orang tua untuk mempererat hubungan kekeluargaan antara orang tua dan anak. “Jangan sampai pandemi ini membuat anak hanya bergantung gadget, orang tua harus melakukan pendekatan misal dengan permainan tradisional seperti dakon, gangsingan, bola bekel dan sebagainya,” ungkap Khadik.
Di sisi lain, DP3A Kota Semarang juga mendorong anak menjadi aktor penggerak dalam menghadapi pandemi Covid-19.
DP3A pun melibatkan forum anak, generasi berencana, maupun karang taruna untuk berpartisipasi aktif menghadapi pandemi Covid-19.
Guna menekan angka kasus Covid-19 pada anak, pihaknya mengajak seluruh elemen untuk menyukseskan program vaksinasi anak usia 12-17 tahun.
“Anak-anak remaja kami ajak untuk jadi penggerak, menyosialisasikan program vaksinasi agar bisa sukses, anak-anak sehat, dan dapat mendukung Indonesia maju,” paparnya.
Di samping itu, dalam kondisi pandemi Covid-19, DP3A Kota Semarang ingin memastikan seluruh anak tetap mendapatkan pemenuhan haknya.
Oleh karena itu, berteparan dengan Hari Anak Nasional, pihaknya tetap menggelar berbagai kegiatan lomba dan edukasi meskipun secara daring.
Sementara, Direktur Yayasan Anantaka, Tsaniatus Sholihah menilai, tahun kedua pandemi Covid-19 menjadi tahun yang mengkhawatirkan.
Pasalnya, pada tahun pertama kasus anak sangkat kecil. Namun seiring masuknya varian delta, kasus Covid-19 pada anak semakin meningkat.
“Itu jadi sesuatu yang mencemaskan. Ternyata teman aku terpapar, tetanggaku terpapar. Ini jadi hal baru yang mungkin mempengaruhi psikis mereka,” ujar Ika, sapaannya, yang juga menjadi narasumber dalam acara yang sama.
Namun demikian, dia menilai, fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah sudah lebih mapan.
Justru, kata dia, hal yang harus diperhatikan yakni partisipasi lingkungan masyarakat.
Masyarakat harus bisa tanggap jika melihat anak belum menerapkan protokol kesehatan.
Menurutnya, kasus yang terjadi pada 578 anak tersebut bisa jadi lantaran partisipasi masyarakat yang rendah. Lingkungan masih menganggap anak akan baik-baik saja meski tidak menerapkan protokol kesehatan.
“Padahal, saat kita mengingatkan anak-anak menggunakan masker itu sebenarnya masuk konteks pemenuhan hak anak atas kesehatan mereka agar tidak terpapar Covid-19,” sambungnya.
Dia menyarankan, anak isolasi di rumah saja jika memang tidak bergejala atau mengalami gejala ringan.
Dukungan dari keluarga saat anak terpapar Covid-19 sangat dibutuhkan untuk menambah imun dan mempercepat kesembuhan.
Di sisi lain, Forum Anak selalu memberikan edukasi terkait pandemi Covid-19 kepada anak Kota Semarang.
Pengurus Forum Anak Kota Semarang, Audylia Salsabila menyampaikan, masih adanya anak yang jarang memakai masker disebabkan karena edukasi yang masih kurang.
Pihaknya melakukan berbagai cara agar mereka bisa memahami Covid-19. “Pendekatannya lebih tepat kami menyediakan tutor sebaya dan boks (bincang online bocah Semarang). Ini tempat sharing bersama. Anak-anak bisa bicara soal keluhan mereka di tengah pandemi. Kami juga menyediakan permainan seru di instagram forum anak,” jelasnya. (ksm)