Semarang, UP Radio – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang terus mengingatkan perusahaan untuk turut mendukung Kota Layak Anak (KLA). Sejak 2023, Semarang berpedikat KLA Utama. Tentu, hal itu tidak lepas dari peran perusahaan di ibu kota Jateng.
Sekretaris DP3A Kota Semarang, Noegroho Edy Rijanto mengatakan, ada 24 indikator dalam KLA. Seluruh indikator sebenarnya sudah dilakukan di Kota Semarang. Hanya saja, perlu terus ditingkatkan agar Semarang bisa mempertahankan sebagai kota yang layak bagi anak-anak. Satu diantaranya, menggenjot peran perusahaan dalam mewujudkan KLA.
“Kami mengundang teman-teman APSAI (Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia) dengan tujuan mereka mendukung program KLA,” terang Noegroho usai membuka kegiatan Penguatan Jejaring KLA APSAI, di gedung Puspaga, Selasa (21/5/2024).
Noegroho menyebut, ada beberapa indikator KLA yang harus dipenuhi perusahaan, misalnya perusahaan harus memberikan fasilitas tempat menyusui. Selain itu, jam istirahat bagi pekerja perempuan juga perlu disesuaikan. Ini penting agar pekerja wanita tetap bisa memberikan asi untuk anaknya.
“Sebenarnya, di Semarang sudah jalan. Kami kolaborasi dengan Disnaker dan Dinkes agar perusahaan melaksanakan indikator-indikator KLA. Mereka harus melaksanakan dengan harapan anak Indonesia menjadi anak yang sehat,” paparnya.
Bersama Disnaker, pihaknya juga memberikan peringatan kepada perusahaan agar memenuhi indikator KLA. Diakuinya, memang masih ada yang belum melaksanakan indikator KLA secara penuh. DP3A terus mendorong peran perusahaan dalam mendukung KLA, terutama perusahaan yang memiliki banyak tenaga kerja perempuan.
Sub Koordinator Pendidikan dan Kesehatan DP3A Kota Semarang, Feri Alfaozan mengatakan, tak hanya fasilitas berupa ruang ramah anak, ruang laktasi, maupun fasilitas lainnya, perusahaan juga harus mendukung KLA dengan menjual produk ramah anak, kebijakan perusahaan yang ramah anak, serta dukungan sosial masyarakat melalui program corporate social responsibility (CSR). Ada beragam program CSR yang bisa menjangkau anak misalnya pengobatan gratis di kelurahan ramah anak, penanganan stunting, dan bentuk CSR lain yang berkelanjutan.
“Contohnya, Indonesia Power menaungi CSR di Semarang Utara. Programnya memberdayakan masyarakat sekitar,” sebutnya.
Feri mengatakan, baru sekitar 70 persen perusahaan yang tergabung dalam APSAI yang telah mendukung penuh KLA di ibu kota Jawa Tengah. Hingga kini, anggota APSAI sudah mencapai 45 perusahaan. Pihaknya terus mengajak seluruh perusahaan untuk mendukung KLA.
“Setiap perusahaan ada CSR. Yarapan kami, itu dimanfaatkan untuk meningkatkan sdm dari tingkat bawah yait anak. Mereka akan menjadi penerus keberlanjutan Indonesia,” jelasnya. (ksm)