Diskominfo Kota Semarang Gagas Sistem Penyiraman Otomatis ‘Smart Farming’

Semarang, UP Radio – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Semarang menggagas sistem penyiraman berbasis smart farming untuk mendukung kemudahan dalam program urban farming.

Sistem penyiraman otomatis ini hanya membutuhkan modal sekitar Rp 500 ribu. 

Kepala Diskominfo Kota Semarang, Soenarto menjelaskan, pengembangan alat ini berlandaskan pemikiran Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Advertisement

Walikota menginginkan teknologi bisa memberikan kemudahan dan keefektifan urban farming yang digencarkan oleh Pemkot Semarang.

Sebelumnya, walikota telah mendorong program urban farming di setiap wilayah untuk ketahanan pangan di ibu kota Jawa Tengah. 

Hadirnya Smart Farming berbasis internet of things (IoT) akan memudahkan penyiraman melalui smartphone.

“Kita coba kembangkan teknologi untuk memberikan kemudahan dalam pertanian perkotaan atau urban farming yang dikembangkan Pemkot Semarang,” jelasnya, Senin, 4 November 2024.

Setelah dilakukan evaluasi terkait program urban farming, Soenarto mengungkapkan, niat masyarakat memulai urban farming sangat luar bagus, termasuk dari modal bibit dan lainnya.

Hanya saja, perawatan dan penyiraman yang dinilai sulit karena harus dilakukan secara rutin agar bisa tumbuh dengan baik.

“Penyiraman ini kadang dianggap sulit, dan menjadi kendala dalam urban farming,” bebernya.

Karena alasan itu, akhirnya dibuatlah Smart Farming berbasis IoT. Yakni pompa air ditambahkan sistem aplikasi dan mekanik yang bisa dikendalikan melalui smartphone. Tujuannya agar penyiraman tanaman bisa lebih mudah.

“Penyiraman ini meskipun otomatis, masih melibatkan campur tangan manusia untuk menentukan kapan penyiraman dilakukan,” tambah dia.

Smart Farming, kata dia, saat ini masih terus dikembangkan untuk skala ataupun fungsi yang lebih luas, misalnya memantau suhu di Green House untuk penanganan anggrek, dan tanaman lainnya.

“Jadi bisa tahu suhunya berapa, misal terlalu panas bisa dikaji penyiraman,” katanya.

Inovasi ini, lanjut dia, akan diuji coba dan di launching di Kebun Bibit milik Dinas Pertanian yang digunakan untuk penanaman bawang merah.

“Kita akan launching dan uji coba saat penanaman bawang merah di kebun milik Dinas Pertanian,” ujarnya.

Diskominfo kata dia, juga mencoba menekan harga dari sisi komponen Smart Farming IoT, agar bisa lebih murah sehingga tidak memberatkan para petani. Adapun prototipe alat tersebut membutuhkan biaya Rp 500 ribu, dengan 10 titik penyiraman.

“Kita coba tekan lagi biaya pembuatannya agar lebih murah, alat ini kita setting untuk empat jenis yakni dari atas, springkel, dan yang langsung ke tanaman,” pungkasnya.

Sementara itu, Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, menjelaskan jika inovasi yang dibuat bisa memudahkan untuk pengiriman dilahan pertanian sehingga bisa mewujudkannya ketahanan pangan.

“Karena lebih mudah ya, jadi tidak ada alasan tidak bisa menanam karena repot. Penyiraman bisa dilakukan melalui smartphone,” katanya.

Mbak Ita sapaannya, menjelaskan inovasi ini bakal dikembangkan lebih lanjut. Bahkan ada BUMN yang memberikan CSR untuk dibuat 25 alat dan akan dibagikan ke kelompok tani.

“Dengan inovasi ini, Pemkot Semarang bisa menjalankan arahan Presiden untuk bisa mewujudkan ketahanan pangan,” tambah dia.

Advertisement