Semarang, UP Radio – Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang mengantar seorang perempuan yang merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) kepada keluarganya. ODGJ asal Pati itu kabur dari panti rehabilitasi Pangruki Mulyo Rembang hingga sampai ke Kota Semarang
Setelah sempat menggelandang di ibukota Jawa Tengah, ia akhirnya diantar kepada keluarganya di Pati.
“Alhamdulillah kita berhasil mengembalikan seorang ODGJ yang tanpa identitas kepada keluarganya di Pati,” kata Koordinator Tim Penjangkuan Dinsos (TPD) Kota Semarang, Dwi Supratiwi disela kegiatannya di Semarang.
Mulanya, kata aktivis perempuan Nahdlatul Ulama (NU) Kota Semarang ini melanjutkan, seorang pria muda dengan perkiraan usia 30 tahun dilaporkan masyarakat dalam laporan 112, “Informasi masuk tentang ODGJ yang meresahkan di wilayah Kawasan Industri Tugu Wijaya,” ungkapnya.
Saat itu, sambungnya, Satpol PP sudah berada di lokasi dan berhasil mengevakuasi kelayan (istilah klien Dinsos,-red) di wilayah Perumahan Sangrila, Randugarut, Tugu, Semarang, “Maka tim (TPD) segera menyusul untuk pendampingan ke RSJ Amino Gondhohutomo,” terangnya.
Tiwi, sapaan alrab Dwi Supratiwi ini lantas menerangkan tugas TPD dalam menangani ODGJ pada pendampingan setelah kelayan tersebut masuk ke rumah sakit jiwa.
“Memang ada dalam kondisi tertentu bisa langsung dievakuasi TPD, biasanya ini masuk kategori ODMK (Orang dengan masalah kejiwaan) seperti orang ling-lung atau ODGJ yang bisa distabilkan,” bebernya.
Hasilnya, kelayan pun terus membaik dan mampu menyebut identitas diri setelah beberapa hari menjalani perawatan di RSJ Amino Gondhohutomo Semarang.
Di lain sisi, TPD berkoordinasi melakukan cek finger (cek sidik jari) untuk memastikan identotas kelayan sesuai dengan data kependudukan. “Ini kita koordinasikan agar jelas dari mana asalnya, dan diketahui ternyata kelayan berasal dari Pati,” jelasnya.
Pendampingan administrasi, lanjutnya juga menjadi tugas TPD. Selain itu, pihaknya juga melakukan monitoring secara langsung maupun tidak langsung. “Kadang kita koordinasi lewat chating atau telepon dengan petugas rumah sakit, kadang juga kita cek sendiri perkembangannya, tergantung situasi,” ucapnya.
Namun demikian untuk mengembalikan kelayan kepada keluarga bukan perkara mudah. Sebab mesti memperhatikan banyak hal seperti kesiapan keluarga.
Kepala Seksi (Kasie) Tuna Susila dan Perdagangan Orang (TSPO) Dinsos Kota Semarang, Bambang Sumedi mengatakan, telah mengantarkan pasien ODGJ tersebut kepada keluarganya di Pati.
“Kita terus komunikasikan kepada Dinsos setempat agar mengedukasi keluarga terlebih dahulu agar pasien tidak kambuh dan kembali ke jalan,” terangnya.
Terlebih lagi, dirinya mendapat kabar bahwa kelayan tersebut pernah dirawat di Panti eks psikotik Pangrukti Mulyo Rembang. “Dia ini pernah dirawat di panti tapi kabur dan entah bagaimana bisa sampai Semarang,” Katanya.
Saat dipertemukan dengan keluarga, lanjutnya, proses reuni (istilah Dinsos untuk pengembalian kelayan kepada keluarga,-red) belum berhasil sepenuhnya. Sebab masih ada keraguan atau ketakutan jika sewaktu-waktu kambuh.
“Ibu dari kelayan kami dihadirkan di panti. Jadi reunifikasi di panti, tidak di rumah. Kemudian pihak keluarga kelayan menghendaki dirawat di panti dulu. Katanya kalau di rumah buat masalah dan pergi-pergi. Nanti setelah dilihat ada perkembangan keluarga akan jemput. Apalagi saat ini kondisi kelayan masih belum stabil, makanya belum bisa menerima. Keluarga juga menyatakan akan ke panti setiap saat untuk menjenguk,” urainya. (ksm)