Semarang, UP Radio – Persoalan sampah menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk para jajaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang. Mereka membuat kajian tentang implementasi sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Harapannya, produksi sampah di Kota Semarang, tidak terus meningkat tiap tahunnya.
Ketua DPRD Kota Semarang, Supriyadi mengatakan, kajian ini sangat penting. Tujuannya agar pengelolaan sampah tidak hanya mengandalkan pemerintah saja, tetapi juga melibatkan masyarakat.
Menurutnya, banyak bagian-bagian dari sampah yang bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi bernilai ekonomi.
Dikatakannya, selama ini pengelolaan sampah hanya sebatas dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS). Lalu dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang. Tiap tahun, jumlahnya terus bertambah.
‘’Sampah bisa dikelola menjadi pupuk organik. Sementara sampah anorganik bisa didaur ulang atau dimanfaatkan untuk kerajinan yang memiliki nilai ekonomis,’’ kata politikus PDI Perjuangan itu.
Dengan menerapkan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini maka banyak manfaat yang bisa diambil. Salah satunya bisa memperpanjang umur TPAJatibarang. Sampah yang terus bertambah, tanpa dibarengi pengelolaan maksimal, kini luasan TPA yang bisa dimanfaatkan semakin berkurang. Sebab, sampah di Kota Semarang mengalami peningkatan.
Setiap harinya, UPT Pemrosesan Akhir Sampah di Dusun Bambangkerep, Kedungpane, menimbang setidaknya sampah yang masuk ke TPAJatibarang mencapai kisaran 800 ton hingga 1.000 ton. Sementara tahun ini naik hingga mencapai sekitar 1.200 ton.
Petugas Timbang UPT Pemrosesan Akhir Sampah di TPA Jatibarang, Suprapto, pernah mengatakan, sampah organik, masih mendominasi. Jumlahnya mencapai 60 persen dari total sampah yang masuk. Diikuti sampah plastik, dan anorganik lainnya.
‘’Sampah organik terbanyak berasal dari pasar dan rumah tangga. Saat hari libur, sampah dari industri pabrik dan perkantoran seringkali berkurang jumlahnya karena tidak ada aktivitas,’’ papar dia.
Faktor yang memengaruhi banyaknya jumlah sampah yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi. Di samping itu, urbanisasi juga menyebabkan Kota Semarang memproduksi sampah dalam jumlah besar. Urbanisasi dari kabupaten dan kota tetangga yang datang sehingga produksi sampah semakin bertambah hingga 1.200 ton per hari. (ksm)