Semarang, UP Radio – Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada triwulan I 2019 sebesar Rp 328 triliun, dan mencatatkan pertumbuhan 5,14% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2018 sebesar 5,28% (yoy). Capaian ini di bawah proyeksi Bank Indonesia yang memperkirakan pertumbuhan triwulan I 2019 berada pada kisaran 5,2%-5,6%.
Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah, Rahmat Dwi Saputra mengatakan, capaian ini berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan Iaporan (5,07%: yoy), meskipun masih berada di bawah Iaju pertumbuhan ekonomn Kawasan Jawa (5,66%, yoy). Hampir seluruh provinsi di Kawasan Jawa mencatatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2019 dibanding triwulan sebelumnya, kecuali DI Yogyakana yang mengalami percepatan pertumbuhan.
“Ditinjau dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan triwulan Iaporan terutama bersumber dari perlambatan ekspor, seiring dengan permintaan luar negeri yang melemah. Pertumbuhan perekonomian global yang melambat, termasuk yang terjadi di negara mitra dagang utama Jateng, berpengaruh terhadap melemahnya permintaan ekspor luar negeri Jawa Tengah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (8/5/19).
Dikatakan, pada triwulan I 2019, ekspor luar negeri tumbuh 3,45% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumya (7,12%; yoy). Berdasarkan komoditas, pertumbuhan ekspor yang melambat berasal dan komoditas mebel dan kayu olahan, barang dan karet, bahan kimia, serta produk plastik, sedangkan komoditas ekspor unggulan Jawa Tengah Iainnya berupa tekstil dan produk tekstil serta alas kaki tumbuh lebih tinggi pada triwulan I 2019. Dengan perlambatan ini, kontribusi ekspor luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami penurunan.
Selanjutnya, Impor luar negeri Jawa Tengah juga menunjukkan perlambatan, yaitu dari 21,73% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 6,12% (yoy) pada triwulan l 2019. Dari rilis data ekspor Impor Badan Pusat Statlstlk (BPS), perlambatan impor ini utamanya disebabkan kontraksi pada Impor migas, sedangkan Impor komoditas nonmigas masih tercatat tumbuh positif meski melambat. Penurunan Impor migas di triwulan Iaporan ditengarai dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan Impor yang dimulai sejak akhlr tahun 2018, dalam rangka upaya perbankan current account deficit.
Sememara ltu, perlambatan impor nonmngas tercatat di beberapa komoditas seperti makanan dan minuman, produk kimia, serta tekstil dan produk tekstil. Berdasarkan penggunaan, selama beberapa tahun terakhir struktur Impor Jawa Tengah didominasi oleh impor bahan baku dengan pangsa lebih dari 50%, dikuti Impor barang modal Pada triwulan l 2019, impor bahan baku dan Impor barang konsumsi tercatat kontraksi sementara Impor barang modal masih tumbuh positif meskipun melambat.
Dilanjutkan, sebagai komponen pengurang PDRB, perlambatan Impor luar negeri berpengaruh positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Namun demikian, penurunan Impor komoditas migas berdampak pada kegiatan Industri yang memberikan nilai tambah lebih besar. Lebih lanjut hal tersebut juga menahan kinerja ekspor antardaerah, yang tercermin dari turunya jumlah muat komoditas migas dan pelabuhan-pelabuhan di Jawa Tengah.
“Namun demikian, permintaan domestik terpantau masih cukup kuat, tercermin dari pertumbuhan komponen konsumen rumah tangga, lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT), dan konsumsi pemerintahan,” ucapnya.
Disebutnya, pada triwulan I 2019, konsumsi rumah tangga terpantau tumbuh 4,79% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (4,71%; yoy). Peningkatan ini seiring dengan terkendalinya Inflasi sehingga ekspektasi daya beli masyarakat tetap terjaga. Survei Tendensi Konsumen yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa kondisi perekonomian rumah tangga triwulan I 2019 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yang ditunjukkan dengan nilai Indeks di atas 100, yaitu sebesar 104,59.
Hasil survei menunjukkan bahwa peningkatan volume konsumsi barang/Jasa pada triwulan I 2019 didorong oleh peningkatan konsumsi makanan dan non makanan (pakaian, pembelian pulsa HP, pendidikan, transportasi, serta perawatan kesehatan dan kecantikan).
Sementara Itu, kata dia Spill over belanja pemilu terhadap konsumen rumah tangga di triwulan I 2019 tidak setinggi perkiraan semuIa. Pelaksanaan kegiatan Pemilu tahun 2019 langsung berdampak terhadap peningkatan konsumsi pertai politik, calon anggota legislatif, dan organisasi masyarakat yang mulai mempersiapkan kegiatan Pemilu tahun 2019 Hal itu tercermin dari pertumbuhan konsumsi LNPRT di triwulan I 2019 yang terakselerasi menjadi 12,41% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV 2018 yang tumbuh 9.87% (yoy).
“Meskipun kembali terakselerasi, komponen ini hanya memiliki pangsa 1,20% dan total perekonomian Jawa Tengah, sehingga penguatan pertumbuhan komponen ini tidak memberikan dampak signifikan secara Iangsung,” pungkasnya. (shs)