Semarang, UP Radio – Bahasa Indonesia mempunyai banyak kelebihan, di antaranya jumlah penuturnya yang mencapai 200 juta atau seluas wilayah di Indonesia. Selain itu, kekayaan alam dan budaya juga membuat kosakata bahasa Indonesia samakin kaya.
Kombinasi kedua hal tersebut membuat banyak orang yang tertarik untuk ke Indonesia, baik untuk wisata, kepentingan pendidikan, hingga urusan diplomasi, politik, dan pekerjaan. Sejurus itu, bahasa Indonesia bisa semakin diinternasionalkan agar lebih banyak digunakan oleh warga dunia, salah satunya melalui program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing).
“Menyebarkan bahasa Indonesia ke mancanegara, menambah jumlah dan sebaran warga dunia yang mampu berbahasa Indonesia dan memahami Indonesia,” kata Kepala Balai Bahasa Jateng Dr. Ganjar Harimansyah dalam paparanya di acara Webinar Nasional Peringatan Bulan Bahasa 2020 yang diselengarakan FPBS UPGRIS bersama Balai Bahasa Jawa Tengah dan FKIP Unissula, (5/11).
Ganjar menjelaskan, BIPA mempunyai peluang untuk memperkuat keberadaan, peran, dan pengaruh Indonesia di kancah persahabatan dan persaingan di dunia internasional.
Di sisi lain, dosen Pendidikan bahasa Inggris Universitas PGRI Semarang Dr Dyah juga menyebut bahwa bahasa Indonesia telah populer di sejumlah negara. “Beberapa negara bahkan menjadikan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah ataupun mata pelajaran wajib di dalam lembaga pendidikannya. Salah satunya di Hankuk University of Foreign Studies (HUSF), Korea Selatan,” ungkap Dyah.
Dyah menambahkan, kampus ternama di Korea Selatan yang berdiri sejak tahun 1954, membuka jurusan bahasa Indonesia sehingga membuat posisi bahasa Indonesia semakin dipertimbangkan di kancah Asia Tenggara.
Sementara itu, Dr. Evi Chamalah, M.Pd., dosen FKIP Unissula, menyoroti perlunya sikap positif dari masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Sikap penutur sangat menentukan perkembangan bahasa Indonesia. contohnya ada banyak kata yang diucapkan dalam aktivitas keseharian dan dianggap wajar meski sebenarnya kurang tepat, seperti ‘meng-apply’, ‘memfixkan’, ‘ngeprint’,” tambah Evi. (shs)