Semarang, UP Radio – Kasus demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi momok tersendiri bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, meski jumlah kasusnya semakin berkurang. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, menyiapkan metode Wolbachia untuk menekan pertumbuhan kasus demam berdarah.
Sebelumnya cara ini sudah dilakukan Kementerian Kesehatan di daerah Bantul dan Sleman pada tahun 2020 lalu, dan hasilnya jumlah kasus mengalami penurunan sebesar 77 persen. Kota Semarang menjadi pilot project selanjutnya metode Wolbachia, yang kemungkinan akan dilakukan pada tahun ini bersama empat wilayah lainnya.
“Ini ada strategi baru yang namanya Wolbachia. Wolbachia adalah bakteri yang nantinya akan dimasukkan ke nyamuk Aedes Aegypti. Kalau ada nyamuk Aedes Aegypti yang ber wolbachia ada kumannya tadi, maka dia akan menjadi mandul, atau tidak bisa menetas,” kata Kepala Dinkes Kota Semarang, M. Abdul Hakam.
Metode tersebut, lanjut dia, adalah sebuah metode yang mengawinkan nyamuk Aedes Aegypti yang dikembang biakkan didalam ember yang dilubang, Setelah nyamuk kawin dengan nyamuk yang sudah memiliki Wolbachia, peranakan nyamuk baru tidak lagi memiliki virus DBD.
“Ini sudah terbukti aman untuk lingkungan dan manusia, intinya adalah nyamuk Aedes Aegypti tidak bisa bermutasi,”tuturnya.
Hakam menyebutkan jumlah kasus DBD di Kota Semarang terus turun setiap bulannya, dari data yang ada, penurunan jumlah kasus tersebut mulai terjadi pada Mei hingga Agustus. Kendati demikian, kasus DBD ini diperkirakan bakal kembali meningkat di bulan-bulan berikutnya.
“Untuk kasusnya ini trennya sudah mulai menurun terus. Akan tetapi nanti pada bulan Oktober, November dan Desember bakal naik kembali,” jelasnya.
Terkait metode Wolbachia, menurut Hakam bisa menekan jumlah kasus DBD. Apalagi setelah diterapkan di Bantul dan Sleman jumlah kasusnya mengalami penurunan sebesar 77 persen, dikarenakan nyamuk tidak bisa membawa virus yang menyebabkan demam berdarah.
“Ada lima daerah termasuk Semarang yang jadi pilot project, yakni Kupang, Bontang, Jakarta Barat, Bandung oleh Kementerian Kesehatan. Harapan kami bisa dilakukan dalam waktu dekat, agar kasus DBD bisa turun,” tambahnya.
Sementara itu, dari data yang ada jumlah sebaran kasus DBD tertinggi ada di wilayah Tembalang, Banyumanik dan Ngaliyan dengan jumlah kasus tidak lebih dari 10 kasus. (ksm)