ASPERINDO Tuntut Pengurangan Tarif Cargo Udara

Semarang, UP Radio – Kenaikan tarif surat muatan udara (SMU) atau tarif kargo hingga 300% yang dilakukan maskapai penerbangan berbuntut panjang.

Pengusaha jasa pengiriman yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik Indonesia (ASPERINDO) di semua daerah di Indonesia secara massif melakukan langkah ataupun tuntutan agar tarif SMU bisa turun.

Langkah itu sebagai protes keras kepada pihak maskapai penerbangan, terutama Garuda Indonesia yang menaikkan tarif kargo cukup tinggi sejak Oktober 2018.

Ketua ASPERINDO Jateng Tony Winarno mengungkapkan menyikapi hal tersebut ASPERINDO Jawa Tengah juga menuntut adanya pengurangan tarif SMU. Pernyataan sikap tersebut dinyatakan saat menggelar konfrensi pers DPD ASPERINDO Jawa Tengah yang dihadiri Ketua Bidang Humas dan Media ASPERINDO Jateng Wahyu Sangerti Alam dan Kompartemen Udara ASPERINDO Jateng Abadi, di Semarang (13/2)

Selanjutnya Tony juga menerangkan adanya langkah strategis yang disiapkan ASPERINDO yaitu :

1. Mengedukasi customer atau UMKM untuk memilih layanan kami yakni time definite atau peka waktu atau kiriman hari ini harus sampai.

2. Day definite atau next day delivery untuk memilih harus memilih berbanding lurus dengan service atau layanan.

3. Non urgent shipment atau kiriman ekonomi ekspres berbanding lurus dengan service-nya.

Ia juga menjelaskan, ASPERINDO Jateng mendorong customer untuk memilih moda transportasi lain yang sebanding dengan biaya kiriman.

“Kalau UMKM memilih time definite ya harus memilih harga yang mahal. Kalau memakai layanan non urgent shipment, yang datangnya 5 hari. Itu yang selalu kami lakukan untuk memberikan edukasi kepada UMKM. Biar mereka mengerti, karena kami industri jasa pengiriman bekerja untuk mereka,” jelasnya.

Dengan edukasi tersebut, kata Tony, ASPERINDO Jateng tidak melakukan boikot kepada maskapai penerbangan. Namun akan mereview penggunaan kargo udara untuk layanan time definite maupun day definite. Apa saja tarif kargo udara yang naik, akan direview.

“Kami optimalkan kiriman via darat atau trucking, kereta api. Kalau customer membutuhkan ketepatan waktu lebih via darat, ya harus membayar biaya tambahan karena melewati tol. Nah, biaya tol sendiri menambah biaya logistik sebesar 15%,” tambah Tony.

Pihaknya tetap mendorong penggunaan pesawat kargo untuk ekspor dan impor. Contohnya ekspor melati, ekspor salak dan ekspor manggis.

“Kita sudah lakukan kerjasama angkasa pura 1, Karantina dan ASPERINDO Jateng. Kita tidak sedang boikot angkutan udaranya. Silakan Garuda Indonesia naikkan tariff, tapi kita berhak mereview apa saja moda tranportasi yang layak kami gunakan. Kita catat untuk bahan ke depan, untuk review. Kita mendorong angkutan darat dan laut,” paparnya.

Di samping itu, ASPERINDO Jateng juga melakukan 3 tuntutan berikut ini;

1. Segera turunkan tariff muatan udara atau SMU

2. Ganti direksi Garuda Indonesia terutama Direktur Utama dan Direktur Kargo

3. Kembalikan GA sebagai BUMN murni, pemerintah harus buyback saham di lantai bursa.

“ Ke depan, ASPERINDO menggagas memiliki terminal kargo sendiri . ASPERINDO menggagas memiliki pesawat frighter yang bekerjasama dengan pengusaha lokal maupun asing,” Pungkasnya. (shs)

Ia juga menjelaskan, ASPERINDO Jateng mendorong customer untuk memilih moda transportasi lain yang sebanding dengan biaya kiriman.

“Kalau UMKM memilih time definite ya harus memilih harga yang mahal. Kalau memakai layanan non urgent shipment, yang datangnya 5 hari. Itu yang selalu kami lakukan untuk memberikan edukasi kepada UMKM. Biar mereka mengerti, karena kami industri jasa pengiriman bekerja untuk mereka,” jelasnya.

Dengan edukasi tersebut, kata Tony, ASPERINDO Jateng tidak melakukan boikot kepada maskapai penerbangan. Namun akan mereview penggunaan kargo udara untuk layanan time definite maupun day definite. Apa saja tarif kargo udara yang naik, akan direview.

“Kami optimalkan kiriman via darat atau trucking, kereta api. Kalau customer membutuhkan ketepatan waktu lebih via darat, ya harus membayar biaya tambahan karena melewati tol. Nah, biaya tol sendiri menambah biaya logistik sebesar 15%,” tambah Tony.

Pihaknya tetap mendorong penggunaan pesawat kargo untuk ekspor dan impor. Contohnya ekspor melati, ekspor salak dan ekspor manggis.

“Kita sudah lakukan kerjasama angkasa pura 1, Karantina dan ASPERINDO Jateng. Kita tidak sedang boikot angkutan udaranya. Silakan Garuda Indonesia naikkan tariff, tapi kita berhak mereview apa saja moda tranportasi yang layak kami gunakan. Kita catat untuk bahan ke depan, untuk review. Kita mendorong angkutan darat dan laut,” paparnya.

Di samping itu, ASPERINDO Jateng juga melakukan 3 tuntutan berikut ini;

1.       Segera turunkan tariff muatan udara atau SMU

2.       Ganti direksi Garuda Indonesia terutama Direktur Utama dan Direktur Kargo

3.       Kembalikan GA sebagai BUMN murni, pemerintah harus buyback saham di lantai bursa.

“ Ke depan, ASPERINDO menggagas memiliki terminal kargo sendiri . ASPERINDO menggagas memiliki pesawat frighter yang bekerjasama dengan pengusaha lokal maupun asing,” Pungkasnya. (shs)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *