Semarang, UP Radio – Persaingan industri jasa pengiriman ekspres kian ketat, yang diikuti dengan perang tarif dari masing-masing perusahaan.
Hal itu membuat pelaku usaha yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik Indonesia (ASPERINDO) ingin membuat acuan sesama perusahaan jasa kurir.
Pengamat Jasa Pengiriman Ekspres dan Ecommerce Tony Winarno mengungkapkan rencana pembuatan acuan tarif tersebut direspon positif oleh para pelaku usaha.
“Praktik persaingan harga yang tidak sehat terjadi di jasa kirim e-commerce, yang dibahasakan dengan bakar duit dan sangat merugikan,” ujar Tony di Semarang (21/12).
Hal itu, lanjut Tony, sungguh jauh dari semboyan ASPERINDO yakni Bersaing Namun Bersanding.
Selanjutnya dia mengusulkan harga acuan sesuai produk sebagai berikut; Express – Time Definite, produk JNE dikenal Super Speed (SS) dan Yes, Express – Day definite , produk JNE di sebut Regular, Economy Express – Non Urgent shipment , JNE disebut OKE.
Pihaknya menjelaskan tiga harga acuan tersebut perlu di dukung dengan pelaksanaan pencantuman Kode Pos , Kode Arrport dan Kode Kota, Remote Area Fee / biaya penerusan dan Actual weight and volumetric weight.
“Kami sangat mendukung gagasan Bapak Ketua DPP ASPERINDO M. Feriadi di media massa tentang harga acuan perusahaan jasa kurir,” tambahnya.
Seperti diketahui, Ketua Umum Asperindo Mohamad Feriadi mengatakan acuan yang dimaksud adalah penentuan batas bawah tarif pengiriman untuk menghindari persaingan yang tidak sehat.
“Kalau ada banting-bantingan harga yang diuntungkan costumer, tapi perusahaan dirugikan. Dia menjelaskan, dulu penetapan tarif batas bawah pernah diberlakukan. Namun, belakangan sudah tidak dijalankan lagi,” ujarnya.
Oleh karena itu, pada periode kepengurusan kali ini Feriadi ingin mengusulkan kembali pemberlakuan tarif batas bawah.
Salah satu hal yang menjadi alasan perlunya acuan tersebut adalah hadirnya perusahaan jasa kurir baru. Perusahaan baru tersebut memiliki kemampuan teknologi sehingga lebih efisien.
Akibatnya, harga yang ditawarkan kepada kostumer juga jauh lebih murah. Sedangkan pemain lama sudah terlanjur punya beban biaya yang tinggi sehingga sulit menekan harga.
Feriadi menilai, jika hal ini tidak dicarikan solusi maka akan merugikan pemain lama. Oleh karena itu, dia meminta anggota Asperindo mau beralih menggunakan teknologi. (rls/shs)