Semarang, UP Radio – Angka pengangguran di Kota Semarang bertambah dari semula 4,5 persen sebelum pandemi menjadi 9,57 persen. Hal itu dipicu oleh kondisi pandemi Covid-19 yang melumpuhkan sektor perekonomian.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Semarang, Sutrisno mengatakan, angka pengangguran di kota lunpia ini lebih tinggi dibanding tingkat provinsi yang hanya 6,68 persen. Bahkan, angka itu juga melebihi pusat yang mana tingkat pengangguran nasional 7,01 persen. Angka tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Dia memaparkan, naiknya angka pengangguran di Kota Semarang disebabkan banyaknya kelulusan baik SMK maupun perguruan tinggi. Sedangkan, serapan dalam dunia kerja sangat kecil di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
“Sebelum pandemi 4,5 persen sekarang 9,57 persen. Naiknya cukup tinggi karena kelulusannya banyak, serapannya kecil,” papar Sutrisno.
Pemerintah Kota Semarang pun tidak lepas begitu saja. Pihaknya mencoba membangkitkan kembali serapan tenaga kerja dengan mengundang investor baru.
Disnaker berupaya melakukan tawar-menawar dengan para investor agar bersedia berinvestasi di kota ini.
Menurutnya, Kota Semarang sangat representatif untuk berinvestasi. Dari segi pelayanan perizinan, Pemkot Semarang sangat memberikan kemudahan-kemudahan dengan catatan dokumen lengkap.
Di bawah kepemimpinan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, sambungnya, kota lunpia juga sangat kondusif.
Sedangkan dari segi aksesibilitas, Sutrisno menyebutkan, Semarang sangat dekat dengan pelabuhan, dermaga, bandara, dan sebagainya. Tentu, hal itu sangat mendukung aktivitas berbisnis karena biaya transportasi lebih irit.
“Kami sudah melakukan tawar-menawar dengan investor dari Amerika. Kami harap bulan puasa ini investor bisa hadir. Kalau hadir, membutuhkan sekitar 600-700 pekerja,” paparnya.
Di sisi lain dari segi informal, lanjut Sutrisno, Pemerintah Kota Semarang melalui berbagai dinas juga berupaya mendorong masyarakat untuk berwirausaha guna menekan angka pengangguran.
Dia menargetkan, angka pengangguran di Kota Semarang pada 2021 dapat turun setidaknya di bawah angka pengangguran provinsi. (ksm)