Semarang, UP Radio – Revolusi industri 4.0 telah memicu terjadi era perubahan yang cepat dan menuntut masyarakat berpendidikan harus menjadi motor penggerak untuk memfasilitasi perubah di Indonesia.
Rektor Universitas PGRI Semarang Dr. Muhdi SH MHum mengungkapkan Otomatisasi, globalisasi, dan peningkatan keterampilan telah mendorong dilakukannya restrukturisasi ekonomi besar-besaran di seluruh dunia.
“Ketika saya mewisuda saudara maka saat itu pertanda saya melepas saudara sebagai wisudawan UPGRIS membawa obor perubahan ke seluruh negeri menuju ke medan pengabdian,” Kata Muhdi, saat menyampaikan di Upacara Wisuda ke 66 Universitas PGRI Semarang di Balairung UPGRIS (15/2/2020).
Upacara wisuda UPGRIS ke-66 ini diikuti 814 mahasiswa yang berasal dari program pascasarjana S2 dan sarjana S1 dari berbagai program studi dan Fakultas yang juga dihadiri LLDIKTl Wilayah VI Jawa Tengah, Ketua PGRI propinsi Jawa Tengah yang sekaligus Pembina YPLP PT PGRI Semarang, Ketua YPLP PT PGRI Semarang.
Muhdi menuturkan, di seluruh dunia, termasuk dunia pendidikan sedang mengalami goncangan menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, sementara revolusi industry 5.0 sudah akan segera tiba.
“Era revolusi industri 4.0, yang telah memicu terjadi era disrupsi/perubahan yang begitu cepat, sehingga menuntut masyarakatnya berpendidikan tinggi melakukan perubahan dengan cepat, apalagi saudara sebagai lulusan S1, S2, dan pendidikan profesi, diharapkan tidak saja hanya menjadi pendukung (supporter) bagi suatu perubahan; melainkan sebagai motor penggerak (driver) untuk memfasilitasi perubahan masyarakat,” tambahnya.
Setiap Alumni UPGRIS harus ikut berperan melakukan tugas pengabdian untuk mendidik generasi penerus bangsa dengan mencetak sarjana yang unggul dan berjati diri.
Lanjut Muhdi, Indonesia yang begitu luas, kaya dan penduduknya yang besar sangat membutuhkan kehadiran anak muda terdidik untuk mencerdaskan dan membangun bangsa, bahkan di era globalisasi saat ini.
Tercatat angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan SD kebawah yaitu 41%. Sedangkan APK PT Indonesia saat ini masih Pada Renstra Kemenristekdikti sampai tahun 2019, APK PT ditargetkan sebesar 32,55%. Target APK tersebut sebenarnya termasuk target pencapaian yang masih rendah. Karena menurut Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan.
APK-PT untuk negara berkembang minimal harus 36 %. Sementara APK-PT negara lain seperti Malaysia (37%), Filiphina (34%), dan Thailand (51 %) Singapura (78%). “Kemenristekdikti terus memacu capaian APK-PT untuk dapat memacu pembangunan terutama kebutuhan tenaga kerja dalam ekonomi industry yang berkembang demikian cepat dan menuntut tenaga kerja lulusan PT,” terangnya.
“kami doakan bagi yang akan mencari pekerjaan dapat segera mendapat pekerjaan sesuai harapan saudara, dan bagi yang akan berwirausaha, kami doakan usaha kalian akan sukses juga, serta bagi yang akan melanjutkan studi S2 atau Pendidikan Profesi, termasuk ambil S2 atau PPG di UPGRIS kami doakan lolos dan sukses semua,” pungkas rektor. (shs)