Penutupan Sunan Kuning Mundur Akhir Agustus

Semarang, UP Radio – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut penutupan Lokalisasi Argorejo atau yang biasa disebut Sunan Kuning mundur. Hal ini karena uang tali asih yang akan diberikan pada WPS, baru disetujui di Anggaran Perubahan pada Rapat Paripurna.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menilai para anak asuh yang ada di lokalisasi Sunan Kuning belum siap penuh untuk beralih profesi dan meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai wanita pekerja seks (WPS). Mereka masih merasa berada dalam zona nyaman dengan kondisi saat ini yang hanya cukup menjajakan servis kebutuhan syahwat.

“Yang saya rasakan anak asuh ini belum siap untuk sebuah keputusan bahwa Resos harus ditutup, mereka masih happy,” kata Hendrar Prihadi, saat bertemu dengan para WPS di Aula Resos Argorejo, Rabu (7/8).

Advertisement

Hendi, sapaan wali kota, menyatakan jika penutupan Lokalisasi Sunan Kuning atau Resos Argorejo dimungkinkan molor dari waktu yang ditentukan, dari awalnya tanggal 15 Agustus 2019 menjadi Akhir bulan Agustus. Penutupan menurutnya sebagai lembaran baru bagi penghuni Resos Argorejo dalam menata kehidupan yang lebih baik kedepannya.

“Namanya sebuah kebijakan ada plus minusnya, sebenarnya tak usah didiskusikan panjang lebar, tutup lembaran buku Sunan Kuning. Ada pemerintah pusat, daerah, NGO, yang akan membantu bersama-sama,” kata Hendi.

Usai berdialog dengan warga Resos Argorejo, Hendi melihat beberapa kendala yang seharusnya bisa diatasi. Diantaranya terkait mind set para WPS, bahwa mencari rejeki tidak harus dengan berjualan diri.

“Mencari rejeki cara jualan diri, dimana-mana tak dibolehkan, dari sudut agama, kesehatan, etika, logika, menjual diri untuk hidup seperti ini tidak boleh, dan tidak bisa terus menerus sepeti ini,” katanya.

Hendi juga melihat bahwa penutupan Sunan Kuning sudah keharusan. Sebagai program pemerintah pusat lewat kementerian sosial bahwa pada 2019, semua lokalisasi di Indonesia harus ditutup.

“Bahwa Semarang juga serius seperti daerah lainnya, maka kami juga berupaya bagaiman ikut berupaya mengatasi dampak sosialnya bagi warga sekitar juga,” katanya.

Terkait besaran tali asih sebagai program manfaat bagi WPS, Hendi mengaku masih menunggu progres dari Kemensos yang masih merumuskan besaran dan kapan akan dicairkan.

“Pemkot Semarang juga membantu, pendanaan sedang melakukan Rapat Paripurna yang sedang dibahas pada anggaran perubahan. Semoga September sudah bisa dianggarkan dan dicarikan,” katanya. (ksm)

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement