Semarang, UP Radio – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berencana menutup resosialisasi Argorejo atau yang lebih dikenal lokalisasi Sunan Kuning di Kelurahan Kalibanteng, Semarang Barat pada 17 Agustus 2019.
Hal tersebut seiring dengan target pemerintah pusat yang akan menutup seluruh lokalisasi di Indonesia pada 2019.
Rencana ini pun disambut baik oleh Ketua Resosialisasi Argorejo, Suwandi. Namun, dia berharap pemerintah tidak hanya menutup Argorejo saja namun menutup seluruh prostitusi di Indonesia. Sehingga, hal ini tidak akan menimbulkan kecemburuan sosial.
“Kami menghormati kebijakan pemerintah bahwa seluruh prostitusi di Indonesia ditutup. Semua harus ditutup jangan hanya Sunan Kuning saja,” tegasnya (13/6).
Suwandi meminta Pemkot benar-benar bertindak bijak dalam melakukan penutupan Resosialisasi Argorejo. Pemkot tidak boleh salah langkah yang dapat menimbulkan bentrok baik warga sekitar maupun para (wanita pekerja seks) WPS.
“Para WPS ini dimanusiakan. Bagaimana caranya mereka tidak sengsara. Mereka harus diopeni, ada uang saku dan uang transport. Biasanya mereka tidur saja dapat uang. Jangan sampai penutupan ini membuat mereka ngemis-ngemis,” tegasnya.
Lanjut Suwandi, Pemkot juga diminta untuk tidak hanya fokus pada pengentasan WPS saja. Warga sekitar yang berpenghasilan dari adanya tempat tersebut juga perlu diperhatikan.
“Saya yang juga sebagai ketua RW tidak ingin warga saya sengsara. Mereka makan dari hasil itu. Saya harap Pemkot tidak menelantarkan warga saya,” pintanya.
Dia pun memohon Pemkot mengalihkan profesi mereka dengan membangun Kampung Tematik di kawasan Argorejo tersebut semisal menjadi pusat kuliner maupun pusat karaoke. Dengan begitu, para WPS maupun warga sekitar tidak khawatir akan kehilangan pekerjaan.
Disebutkan Suwandi, selama kurun waktu tiga tahun, WPS di Argorejo cenderung menurun. Penurunan jumlah WPS tersebut juga berhubungan dengan adanya program penengentasan yang dicanangkan pemerintah pemerintah pusat.
“Kalau di Argorejo, WPS wajib menabung sesuai dengan program pengentasan. WPS yang sudah punya tabungan diatas Rp 150 juta boleh memutuskan untuk tidak bekerja lagi,” jelasnya.
Upaya itu pun berhasil dilakukan. Terbukti selama kurun waktu tiga tahun, kata Suwandi, jumlah WPS menurun yang semula berjumlah 740, saat ini menjadi 476 WPS.
Sementara, Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto memastikan, lokalisasi Sunan Kuning ditutup sebelum 17 Agustus 2019.
“Warga binaan kami suruh pulang kemudian kami tutup. Saya targetkan pertengahan Juli sudah selesai semua sehingga perjalanan waktu nanti tinggal rembugan dengan warga setempat bagaimana menghidupkan lokasi,” terang Fajar.
Fajar melanjutkan, mayoritas bangunan di kawasan tersebut memiliki izin mendirikan bangunan (IMB). Sehingga, Pemkot bakal mengalihkan fungsi kawasan tersebut sebagai Kampung Tematik pusat kuliner. Sehingga, diharapkan warga tidak akan kehilangan pekerjaan meskipun lokalisasi di kawasan Argorejo ditutup.
“Kami ubah pelan-pelan sehingga lokalisasi Sunan Kuning tidak ada lagi. Sunan Kuning kan nama wali, tapi kok buat tempat esek-esek, ini kan tidak benar,” ujarnya.
Dia akan menemui para WPS pada Selasa (18/6/2019) untuk menyampaikan terkait rencana Pemkot tersebut. Selang sepekan, pihaknya akan mulai melakukan eksekusi dengan meminta para WPS mulai kembali ke tempat masing-masing. (ksm)