Semarang, UP Radio – Ratusan Masyarakat Kelurahan Kandri mengikuti arak-arakan Nyadran Kali, Kamis (14/2). Arak-arakan dimulai dari Sendang Lanang menuju Sendang Gede. Semua warga turut berpartisipasi dalam Nyadran ini.
Para ibu-ibu membawa wakul yang berisi makanan, para pemuda memikul gunungan hasil bumi, dan para pemudi membawakan tarian tradisional kelurahan Kandri.
Sendang Gede menjadi pusat pelaksanaan Nyadran Kali lantaran Sendang Gede menjadi tempat bersejarah bagi masyarakat Kandri.
Juru Kunci Sendang Gede, Ahmad Supriyadi menceritakan, mulanya Sendang Gede ini merupakan mata air yang besar. Pada jaman dahulu, masyarakat Kandri taku jika deaa Kandri ini menjadi rawa. Lalu, sesepuh Kandri memberi tumbal berupa kepala kerbau dan uborampe lainnya.
“Tempat ini kemudian dibuat sendang, namanya Sendang Gede,” katanya.
Lanjut Supriyadi, setelah menjadi aendang, banyak kejanggalan terjadi. Pada saat itu, seorang yang menangis di sendang ini. Setelah menangis dan pulang rumah, orang tersebut meninggal dunia. Oleh karena itu, masyarakat tidak diperbolehkan menangia di tempat ini.
“Selain tidak boleh menangis, masyarakat juga tidak boleh mencuci atau membersihkan alat dapur di sini karena dulu ada orang yang mencuci alat dapur kemudian dibawa kerumah, orangnya stress,” jelasnya.
Dia juga menandaskan, masyarakat tidak boleh mencaci maki apa yang ada di sendang ini, terutama airnya. Hal ini karena air sendang ini bisa berubah tiga macam, yaitu keruh, jernih, dan warna darah.
“Kalau yang tidak kuat melihat seluruh air di sendang ini berubah jadi darah, maka bisa stress atau lupa diri,” ujarnya.
Dia menambahkan, setiap tahun Desa Jandri selalu mengadakan Nyadran Kali Gede sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan, karunia dan kesejahteraan yang diterima oleh masyarakat Desa Kandri.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang mengapresiasi tradisi Nyadran Kali yang selalu diselenggarakan okeh masyarakat Kandri setiap tahun.
Menurutnya, acara ini dapat mengangkat potensi wisata yang ada di Kota Semarang. Selain itu, tradisi ini juga dapat menambah keguyuban masyarakat Kandri sendiri.
“Kedepan Pemerintah Kota (Pemkot) akan support kegiatan seperti ini,” ucap Iin, sapaan Kepala Disbudpar.
Adapun bentuk dukungan dari pemerintah, imbuhnya, akan terus mempromosikan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat Kandri. Pihaknya juga berencana mengangkat potensi yang ada di Desa Wisata Kandri.
“Ada banyak daya tarik yang ada di Kelurahan Kandri yang masih bersifat alam dan menarik sekali untuk dipertimbangkan,” katanya.
Iin juga sudah membawa rombongan Disbudpar untuk melakukan kajian bersama terkait potensi Desa Wisata Kandri.
“Paling tidak nanti Kandri bisa masuk ke dalam kalender event di Kota Semarang,” tuturnya. (ksm)