Pemkot Semarang Antisipasi Masalahan Ekonomi Global 2025 Lewat Stimulan Belanja Pemerintah

Semarang, UP Radio – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mengantisipasi permasalahan ekonomi global untuk tahun 2025 mendatang. Upaya yang Pemkot Semarang antara lain menstimulasi kondisi ekonomi di ibu kota Jawa Tengah dengan belanja pemerintah.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang, Budi Prakosa mengatakan, government expenditure atau pengeluaran pemerintah menjadi salah satu faktor pertumbuhan ekonomi di suatu kota. Dia berupaya pengeluaran pemerintah ini bisa mencapai yang telah pihaknya targetkan.

Sedikit informasi, anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kota Semarang 2025 diproyeksikan sebesar Rp 5,52 triliun. Angka itu naik dari 2024 yang hanya sebesar Rp 5,46 triliun.

Advertisement

Adapun rencana total belanja daerah Kota Semarang pada 2025 diproyeksikan Rp 5,57 triliun dengan rincian belanja operasi sebesar Rp 4,42 triliun, belanja modal sebesar Rp 1,07 triliun, dan belanja tidak terduga Rp 76,5 miliar.

“Kita perlu mengantisipasi beberapa permasalahan ekonomi global. Bagaimana pemkot mampu sedikit menstimulasi dari konteks belanja pemerintah. Kami pertahankan bisa mencapai yang ditargetkan. Kami perlu mengantisipasi dari aspek-aspek kalau nanti kinerja ekonomi kita ada beberapa permasalahan,” jelas Budi, usai mengisi kegiatan Outlook Ekonomi Semarang 2025, di Balai Kota Semarang.

Adapun kondisi makro Kota Semarang 2024, angka kemisikinan di Kota Semarang masih 4,03 persen. Angka itu di bawah rata-rata nasional yang masih 10,47 persen dan provinsi yang masih di angka 9,03 persen.

Indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Semarang 2024 berada di angka 85,24 persen. Angka itu di atas rata-rata nasional dan provinsi.

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Semarang 2024 sebesar 5,79 persen. Angka itu juga di atas rata-rata nasional yang berada di 4,99 eprsen dan provinsi di angka 5,04 persen.

Sementara, tingkat pengangguran terbuka Kota Semarang 2024 masih 5,82 persen. Angka itu di atas rata-rata nasional yang saat ini sebesR 4,91 persen dan provinsi sebedar 4,78 persen.

Menurutnya, aspek sosial harus diselesaikan dengan adanya bantuan sosial. Selain itu, program urban farming agar bisa menstimulasi kemampuan masyarakat memenuhi ketahanan pangan.

“Termasuk, tadi kami sampaikan dalam rangka mendorong sebagau komponen pertumbuhan ekonomi yaitu terkait penyerapan anggaran. Memang penyerapan anggaran numpuk di triwulan terakhir,” jelasnya.

Pihaknya akan mendorong agar penyerapan anggaran bisa berjalan tidak hanya di akhir tahun melainkan merata di sepanjang tahun. Sehingga, pemerintah bisa menjaga kinerja ekonomu setiap kuartal.

Selain itu, peningkatan daya dukung akan terus dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomu Kota Semarang.

Budi menyebut, Kota Semarang sudah ada komutmen dengan pemerintah pusat dengan program World Bank untuk penanganan Kali Plumbon, Sringin, dan Tenggang.

“Problem utama berkaitan daya dukung yaitu penanganan banjir, masalah konektivitas,” sebutnya.

Dengan pembangunan jalan tol nasional, menurutnya, akan memacu pertumbuhan kota. Ke depan, pihaknya mendorong dalam rangka koneksivitas antar wilayah dengan penguatan jaringan jalan

“Selama ini, yang jadi program pemkot. Inner ring road, outer ring road,” tambahnya.

Dalma konteks sanitasi, dia menyebut, ada program SPALD-S atau Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat yang tengah berproses dengan pemerintah pusat.

“Anggaran kami (pemerintah kota) akan didorong untuk meningkatkan program infrastruktur lainnya,” katanya. (ksm)

Advertisement