Semarang, UP Radio – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Tengah menilai kondisi sektor jasa keuangan di Provinsi Jawa Tengah di Semester I tahun 2024 dalam kondisi stabil dengan kinerja tumbuh positif didukung dengan likuiditas yang memadai dan tingkat risiko yang terjaga.
Kepala OJK Jawa Tengah Sumarjono mengatakan, total aset perbankan di Jawa Tengah posisi Juni 2024 tumbuh 6,33 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp595,51 triliun, terdiri dari aset Bank Umum Rp545,26 triliun dan aset BPR Rp50,26 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,46 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp471,21 triliun. Adapun kredit yang disalurkan tumbuh 5,25 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp426,01 triliun dengan risiko kredit 5,80 persen.
“Aset Bank Umum di Jawa Tengah mencapai Rp545,26 triliun dengan pertumbuhan 6,76 persen (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Tengah tercatat tumbuh 7,79 persen (yoy),” jelasnya.
Total Kredit Bank Umum di Jawa Tengah mencapai Rp387,81 triliun tumbuh 5,66 persen (yoy). Hal yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah rasio NPL gross Bank Umum di Jawa Tengah 4,91 persen, namun demikian pencadangan kredit bermasalah cukup baik sehingga rasio NPL netto terjaga di angka 1,4 persen. Kinerja intermediasi Bank Umum di Jawa Tengah terjaga dengan total Loan to Deposit Ratio (LDR) 89,66 persen.
Selanjutnya, Aset BPR/S di Jawa Tengah mencapai Rp50,26 triliun dengan pertumbuhan 1,85 persen (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR/S di Jawa Tengah tercatat tumbuh 3,89 persen (yoy) dan total Kredit BPR/S di Jawa Tengah mencapai Rp38,20 triliun tumbuh 1,31 persen (yoy). Hal yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah rasio NPL gross BPR/S di Jawa Tengah 14,80 persen.
“Total aset perbankan syariah di Jawa Tengah posisi Juni 2024 tumbuh 11,45 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp43,27 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 11,84 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp34,51 triliun. Adapun pembiayaan yang disalurkan tumbuh 13,59 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp30,77 triliun dengan rasio NPF 5,54 persen,” tambah Sumarjono.
Pada sektor IKNB per Juni 2024, Perusahaan Pembiayaan di Jawa Tengah mencatatkan peningkatan nilai piutang pembiayaan 9,44 persen yoy mencapai Rp32,71 triliun dengan NPF 2,97 persen. Namun demikian, modal ventura di Jawa Tengah mengalami penurunan penyaluran -16,27 persen yoy dengan total nominal Rp1,05 triliun. Selanjutnya aset Dana Pensiun di Jawa Tengah tumbuh sebesar 3,51 persen (yoy) mencapai Rp6,76 triliun.
Jumlah penyelenggara fintech peer to peer lending berizin OJK yaitu sampai dengan posisi 12 Juli 2024 sebanyak 98 penyelenggara yang terdiri dari 91 penyelenggara konvensional dan 7 penyelenggara dengan sistem syariah. Kinerja fintech peer to peer (P2P) Lending di Jawa Tengah tercatat tumbuh positif meningkat 27,08 persen yoy dengan outstanding pinjaman mencapai Rp5,27 triliun. TWP 90 P2P lending per Juni 2024 tercatat 2,69 persen atau menurun dari tahun sebelumnya 2,96 persen.
Di sisi lain, Perusahaan Penjaminan di Jawa Tengah posisi bulan Juni 2024 mencatatkan pertumbuhan 10,39 persen (yoy) jumlah nasabah sebanyak 489 orang dengan total penyaluran penjaminan Rp4,11 triliun. Industri Pergadaian di Jawa Tengah juga tumbuh 18,71 persen (yoy) mencapai Rp5,82 triliun.
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Jawa Tengah tercatat memiliki jumlah LKM terbanyak secara nasional yakni sebanyak 112 LKM dengan penyaluran pinjaman yang diberikan mencapai Rp460 milliar atau tumbuh 6,01 persen (yoy) dengan jumlah aset Rp693 miliar tumbuh 16,50 persen (yoy). (shs)