Semarang, UP Radio – Sebanyak 10 ekor sapi milik peternak di Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang selama sepekan ini mendadak mati secara misterius.
Saat ditemui di lokasi kejadian, salah satu peternak sapi, Mukiri mengatakan, total ada 10 ekor sapi yang mati, salah satunya pedet atau anakan sapi.
“Sepuluh termasuk pedet kecil. Sebelumnya ada yang sakit. Lima disini tiba-tiba lemes, terus mati. Ini yang jadi tanda tanya?,” tutur Mukiri.
Menurutnya, sapi-sapi tersebut merupakan sapi sisa dari yang dijajakan untuk dijual saat Idul Adha. Namun karena tidak laku, sehingga dibawa ke kandang tersebut.
“Ini sapi sisa hari qurban. Karena gak laku dibeli. Makanya diborong. Asal usulnya saya gak tau,” terang dia.
Menurutnya, saat peristiwa nahas tersebut, kondisi sapi dalam keadaan lemas. “Kondisinya lemas. Katanya, ada mungkin barang (racun, Red). Laborat nanti datang. Sudah diambil sampel, semua sapi di lingkungan yang dekat ini diambil. Tidak tau penyakit atau apa,” Imbuhnya.
Dia pun mengapresiasi langkah Dinas Pertanian Kota Semarang yang bergerak cepat melakukan pengecekan.
“Setiap triwulan dari Dinas dilakukan pengecekan. Sekali ada masalah selalu datang. Bahkan sapi juga diberi vitamin,” paparnya.
Langkah cepat dilakukan Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Semarang ketika mendengar kabar sapi yang mati mendadak tersebut.
Petugas datang dan mengambil sampel darah, serta bagian lainnya, termasuk pakan ternak untuk dikirim ke Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta (BBVet) untuk dilakukan uji laboratorium.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kematian sapi-sapi ini. “Kita kirim petugas untuk melakukan pengecekan, sampel sudah diambil dan dikirim untuk uji laboratorium,” kata Plt Kepala Dinas Pertanian (Dispertan), Hernowo Budi Luhur.
Hernowo memaparkan, dari laporan yang ada pada 2 sampai 6 Agustus kemarin, total ada sembilan ekor sapi yang mati dari empat pertenak dalam kelompok Rukun Makmur, Kelurahan Cepoko Gunungpati.
Bahkan diketahui satu peternak lima ekor sapi mati pada Senin 5 Agustus 2024 kemarin. Adapun sapi yang mati ini berada dalam satu kandang, sementara sapi lainnya di kandang terpisah tidak mengalami kematian.
“Ini lokasinya terpisah dengan kandang lainnya, salah satu peternak punya 15 sapi. Nah yang lima ini dalam satu kandang,” tuturnya.
Adapun dari informasi yang ada, lanjut Hernowo peternak tersebut sempat mendatangkan sapi baru pada akhir Juli dari Ambarawa. Setelah sampai sapi tersebut sakit dengan gejala ngorok yang diduga terkena Bovine Ephemeral Fever (BEF).
“Gejala sapi yang mati kemarin lemas, dan akhirnya dipotong dikandang. Laporan dari petugas darah yang dikeluarkan cenderung sedikit,” bebernya.
Pihaknya mengaku masih menunggu hasil dari laboratorium, sementara ini pemilik sapi melakukan pemisahan dengan sapi lainnya. Pihaknya menjelaskan jika di Semarang beberapa kali ditemukan kasus PMK, BEF, Bentol Kulit dan lainnya yang menyebabkan kematian.
“Kasus PMK dan bentol kulit sudah tidak ditemukan, untuk mengetahui penyebabnya kita tunggu hasil lab,” pungkasnya. (ksm)