DP3A Libatkan Garpu Perak Cegah Kekerasan di Kota Semarang

Semarang, UP Radio – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang melibatkan Garpu Perak (Gerakan Pria Peduli Perempuan dan Anak) untuk melakukan pencegahan kekerasan di ibu kota Jawa Tengah. 

Hingga saat ini, angka kekerasan di Kota Semarang mencapai 104 kasus. Hal ini perlu menjadi perhatian agar tidak semakin meningkat. 

Kepala DP3A Kota Semarang, Ulfi Imran Basuki mengatakan, kaum pria perlu perlu dilibatkan dalam pencegahan kekerasan. Apalagi, kasus kekerasan banyak menimpa perempuan dan anak. Pemerintah Kota Semarang pun telah membentuk Garpu Perak untuk mengkampanyekan pencegahan kekerasan kepada masyarakat. 

“Garpu perak telah dikukuhkan oleh wali kota. Anggotanya mayoritas laki-laki yang mewakili organisasi-organisaai di Semarang,” tutur Ulfi, usai sosialisasi peran laki-laki dalam pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, di Hotel Plaza, Rabu (29/5/2024). 

Dengan terbentuknya Garpu Perak, dia berharap, bisa membantu pemerintah menurunkan angka kekerasan perempuan dan anak. Pada 2023 lalu, angka kekerasan di Kota Semarang mencapai 227 kasus. Pada 2024, hingga saat ini, tercatat ada 104 kasus. 

“Kalau dibanding dengan kunlah penduduk jauh, tapi itu angka yang perlu diperhatikan,” ujarnya. 

Ulfi menyebut, ada lima program prioritas pemerintah pusat perlu dilakukan bersama Garpu Perak). Pertama, mendukung kemandirian perempuan. Ini bagian dari upaya menciptakan kesejahteraan keluarga sehingga diharapkan tidak terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Kedua, keterlibatan pola asuh kedua orang tua sangat diperlukan. 

“Bapak dan ibu harus memahami pola asuh, tanggung jawab pengasuhan tidak hanya di ibu,” ujarnya. 

Ketiga, lanjut Ulfi, pelayanan pencegahan kekerasan perempuan dan anak. Selanjutnya, pencegahan pekerja anak dan pernikahan anak. Hal itu perlu peran kaum pria. 

Ketua Forum Garpu Perak Kota Semarang, Hari Waluyo mengatakan, pelaku kekerasan sebagian besar adalah laki-laki, sedangkan korban merupakan perempuan dan anak. Maka, perlu adanya partisipasi laki-laki dalam pencegahan kekerasan. Dibentuknya Garpu Perak ini untul mencegah kekerasan perempuan dan anak. 

“Acuannya lima arahan presiden. Kami memang memprovokasi, mengajak masyarakat, harus mengubah mindset. Laki-laki di budaya jawa egonya tinggi. Kami coba mengkampanyekan laki-laki tidak seperti itu. Laki-laki membantu istri. Pekerjaan rumah dibantu. Pada dasarnya kalau ibu bahagia anak-anak bahagia, keluarga bahagia,” jelasnya. 

Pihaknya terjun langsung ke lapangan untuk mengkampanyekan pencegahan perempuan. Satu diantaranya melalui sosialisasi ini diharapkan LPMK bisa memberikan edukasi ke masyarakat. 

“Kami undang semua LPMK supaya menyosialisasikan ke masyarakat,” ujarnya. (ksm)