PN Semarang Vonis Dua Tahun, Agen Solar Industri yang Lakukan Pidana Pajak

Semarang, UP Radio – Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang menjatuhkan vonis kepada terdakwa KET selaku Direktur sekaligus pemegang saham PT MSM (Kamis, 16/5).

Dalam periode Januari 2017 hingga Desember 2018 PT MSM diduga telah melakukan tindak pidana perpajakan.

Pada saat itu KET menjabat selaku direktur perusahaan dan sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Advertisement

KET, melalui PT MSM, didakwa telah menggunakan faktur pajak yang tidak sesuai dengan transaksi yang sebenarnya dan mengkreditkan sebagai pajak masukan serta melaporkan isi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan tidak benar.

Modus operandi yang digunakan meliputi penerbitan faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya. Sehingga perbuatan KET menimbulkan kerugian negara.

Dalam vonisnya Majelis Hakim menjatuhi hukuman pidana penjara selama dua tahun dan denda sebesar Rp 4.529.079.120,- kepada terdakwa KET pada agenda persidangan.

Putusan tersebut lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum yakni 2 tahun 6 bulan. Terpidana KET telah melunasi sebagian kerugian negara sehingga total denda yang harus dilunasi oleh KET tersisa sebesar Rp2.264.536.560,-.

Meski telah membayar sebagian, namun jika dalam jangka waktu satu bulan tidak dilunasi maka diganti dengan subsider tiga bulan kurungan.

Majelis Hakim dalam persidangan menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana perpajakan sesuai dengan dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Putusan ini merupakan hasil dari penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I terhadap PT MSM yang memiliki usaha di bidang agen solar industri.

Atas perbuatannya, KET dianggap telah melanggar pasal pasal 39A huruf a dan pasal 39 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Selama proses penyidikan, barang bukti (seperti dokumen transaksi dan faktur pajak) dan kesaksian para ahli telah cukup untuk membuktikan dugaan pelanggaran tersebut.

Dalam putusan majelis hakim yang diketuai oleh Wakil Pengadilan Negeri Semarang, Judi Prasetya, SH MH yang telah berlangsung, Dr Sigid Ariyanto SH MSi saksi ahli hukum pidana, mengungkapkan,

“Dalam kontek perusahaan Perseroan Terbatas, tanggung jawab pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap pihak lain dan negara, termasuk kewajiban pidana, dipikul oleh para pejabat perusahaan yang mengambil keputusan penting.” ungkapnya.

Lebih lanjut, Muhammad Mahfud, ahli peraturan perpajakan dan ahli penghitung kerugian pada pendapatan negara.

“berdasarkan bukti yang diperoleh penyidik, terdapat kerugian signifikan pada pendapatan negara yang diakibatkan oleh perbuatan KET sebagaimana diatur dalam Pasal 39A huruf a dan Pasal 39 ayat (1) huruf d,” ungkap Mahfud.

Mengacu pada Pasal 44B UU Nomor 6 Tahun 1983, penyidikan tindak pidana perpajakan ini dapat dihentikan atas permintaan Menteri Keuangan jika tersangka bersedia mengembalikan kerugian negara yang ditambah dengan sanksi administratif. Namun, KET tidak memanfaatkan kesempatan tersebut, sehingga proses hukum terus berlanjut hingga vonis.

Penyitaan barang bukti dan dokumentasi oleh Kanwil DJP Jawa Tengah I telah dilakukan sebagai langkah penegakan hukum untuk memastikan bahwa keadilan ditegakkan dan kerugian negara dapat dipulihkan.

Kepala Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan, Kanwil DJP Jawa Tengah I Santoso Dwi Prasetyo mengatakan selama proses penyidikan yang dilakukan oleh Kanwil DJP Jawa Tengah I, terdakwa memang telah melunasi sebagian pajak yang seharusnya terutang sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan, namun perbuatan terdakwa tidak serta- merta dapat dibenarkan.

“Hal ini dilakukan untuk memberikan pesan kepada masyarakat terutama wajib pajak agar memenuhi kewajiban perpajakannya dengan benar sehingga diharapkan tidakadalagipihakyangmenganggapremehtindakpidanadibidangperpajakan,” pungkas Prasetyo.

Prasetyo menambahkan jika keberhasilan dalam penegakan hukum pajak tentunya tak lepas dari hasil sinergi yang baik dengan instansi penegak hukum lainya itu Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dan pihak Kepolisian Daerah Jawa Tengah.

Hasil ini diharapkan dapat menimbulkan efek jera bagi terdakwa dan juga deterrent effect bagi wajib pajak lain sehingga tidak ada pihak yang melakukan tindak pidana di bidang perpajakan. (rls)

Advertisement